Mohon tunggu...
asni asueb
asni asueb Mohon Tunggu... Penjahit - Mencoba kembali di dunia menulis

menyukai dunia menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Celoteh Camar Kepada yang Menyebut Dirinya Elang

1 Februari 2021   23:53 Diperbarui: 2 Februari 2021   00:06 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi markus.guff.com

Rinai hujan di sore ini membawa pada hempasan kecewa yang terdalam

ternyata tanda tanda itu tak mampu terbaca lagi dalam pikiran

ketajaman mata dan kecerdasan yang kau miliki. 

bahkan impian yang kau bangun di puncak gunung

 

memusnahkan satu harapan yang telah terpatri

membawa pada perih yang teramat perih

janji janji untuk tetap ada dan melindungi

musnah bersama deburan ombak

walau kau tahu tantangan badai menerpa

kau bilang mampu menghalau badai dengan   

 sayap yang mampu kau kepakkan  untuk melindungi

dengan ketajaman mata kau mampu membunuh 

kau telah membunuh camar kecilmu dengan kepongahan dirimu

tanpa kau sadari, kau torehkan luka di badan mungilnya

hingga satu persatu bulu ditubuhnya terlepas menelanjangi dirinya

sadarkah kau yang menyebut dirinya Elang

kau bukan pemakan bangkai dari camar kecil yang pernah kau lindungi

bahkan kau tak pernah tunduk pada satu perkataan yang melukai camarmu

pembelaan diri tersia siakan tak pernah berjawab

hingga camar tak berdaya menahan perih 

di mana kesetiaan yang kau agungkan,  kepakkan  sayap yang kau banggakan

ketika mampu melindungi camar dari kehidupan perihnya

tahukah kau arti ELANG atau 

hanya ingin di anggap pelindung dari segala pelindung kehidupan

untuk apa kau teriakan "kembali" pada camar

ke bibir pantai di antara batu karang yang kokoh

kalau kau mengepakkan  sayap untuk terbang menjauh

tak perlu kau teriakan kembali jika camar masih terdiam di bebatuan  karang

berulang kali camar mungilmu mencoba

memanggil hati kecilmu

dan berulang kali pula kau tak peka lagi

bahasa hati telah kau nodai dengan kebohongan

aku akan membunuhmu sebelum kau membunuhku

perlahan lahan  sebagaimana kau melukai hati

yang menaruhkan kesucian cintanya pada kepakkan sayapmu

dan meletakan kehidupannya pada bidang dadamu 

*****

kodrat alam elang dan camar tak akan pernah bisa bersatu 

Ruang Kosong, 020221

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun