Kecemasan Hilang....Â
Kecemasan , kekhawatiran menghilang setelah aku mendengar kabat tentangmu dari sahabat secangkir kopi denganmu. Bahkan dia bercerita padaku, bahwa dia sempat  bilangÂ
" Bila kangen, rindu kirim surat, bila ingin tatap muka kunjungi dia,"
Kau marah dan sewot, dia bilang. Aku tahu betul bagaimana dirimu jika seperti itu, kau benar benar rindukan ? Setahun tak bersua dengan cinta dalam diam mu.
Andai saja pademik telah menjauh dan kesehatanku pulih aku pasti kesana menginjakkan kakiku ke halaman rumahmu.
Sembari mencium bau serbuk kayu sehabis kau menggergaji kayu atau minum secangkir kopi yang sama dari cangkir kaleng yang selalu kau banggakan.Â
Bahkan saat aku minta untuk kubawa pulang tak pernah kau izinkan. Kau sering marah kalau aku menghirup kopi dari cangkir mu, tapi aku suka melihat dirimu marah.
 Apa lagi melihat matamu. Aku akan tersenyum simpul dan setelah itu kau pun tersenyum. Matamu yang selalu berbinar jika aku pulang.
 Kata anak anak, om yang gaul pintar menyenangi anak anak dan terbaik yang mereka punya, om yang menjaga mamanya dari jahilnya tangan laki laki sedari dulu hingga sekarang. Om yang mencintai mamanya dengan tulus tanpa pernah ingin merebut. Om yang menempatkan dirinya sebagai, sahabat, kakak bagi mamanya.
Sahabat hatiku...
Menyapa, mendengar bukanlah rutinitas dan cara mu. Namun aku tahu kau dan aku saling mendoakan satu sama lain. Semoga persahabatan kita terus berjalan hingga jalan kita terhenti pada satu titik yaitu ajal.Â