Setiap ada waktu berbincangÂ
Tersenyum dan terus memandangÂ
Bahkan terkadang tak berkata kataÂ
"Esok belum tentu memandang," itu katamuÂ
Setiap kali kutanya.Â
Rokok yang menemani
Hingga kepulan asap memenuhi ruang
Mampu terbaca saat asap buyar
Tak perlu diingkari, dibalik kepulan asapÂ
Ada tangis yang tak mampu membasahi mata
Tak ada salahnya laki laki  menangis
Tangisan milik semua orangÂ
Menangis jika mampu terkikis
Sekalipun asap memenuhi ruangÂ
Aku hanya mampu berkata tanpa dapat berbuat
Matamu telah banyak berceritaÂ
Tanpa mulutmu berkata kataÂ
Bahasa tubuh telah memberi gambaran
Sekejap kubiarkan matamu memandangÂ
Hingga matamu lelah dan menyerahÂ
Bulir bulir halus terlihat diujung mataÂ
Tanpa kata
Tak perlu kau bandingkanÂ
Wanita tak suka dibandingkanÂ
Aku punya kelebihan dia punya kelebihanÂ
Jangan pernah berharap pada bayang semuÂ
Maaf jika suatu saat kau tak bisa menatapÂ
Memberi senyum khas dan kepulan asap rokokÂ
Tak bisa bercerita banyak tentang duka muÂ
Hanya tak ingin kau tenggelam dalam kisah laluÂ
Aku seorang ibu, dia pun seorang ibuÂ
Dia wanita dewasa aku pun wanita dewasaÂ
Sama sama tak ingin dibandingkanÂ
Aku punya kelemahan dia pun punya kelemahanÂ
Bangkitlah, beri dia senyum indahmu
Seperti kau beri padaku
Berikan dia kasihmu
Seperti kau beri padaku dulu
Jangan kau tenggelam dalam kisah lalu
Biarkan semua berlalu sebagai mana mestinya
Kembalilah dan katakan kau mencintainya
Aku hanya kisah lalumuÂ
Biarkan berlaluÂ
Tak perlu kau ungkit kataÂ
Kita berada di dunia yang berbedaÂ
Jangan sampai terjebak dalam bayang semu
Ruang kosong, 170121