Mohon tunggu...
asni asueb
asni asueb Mohon Tunggu... Penjahit - Mencoba kembali di dunia menulis

menyukai dunia menulis

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Harus Memilih dan Perlahan Menata Kembali

18 Desember 2020   21:33 Diperbarui: 18 Desember 2020   21:42 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku bangga melihat apresiasi di Kompasiana. Berawal di tulisan seorang penulis muda berbakat. Saat membuka kompasiana tulisan Ozy yang nongol pertama kali. Tergelitik untuk membacanya padahal belum mandi, karena masih istirahat total jadi apa salahnya membaca terlebih dahulu.

Secangkir susu dan seiris roti yang disiapkan oleh suami tercinta menjadi teman membaca tulisan pemuda berbakat ini.

Telusuri kalimat demi kalimat terlukis jelas betapa bahagianya hati penulisnya mencurahkan segala perasaannya, tentang kebahagiaannya mendapat apresiasi dari Kompasiana.

Beberapa tahun yang lalu, pernah menjadi anggota kompasiana namun menulis hanya ketika ada waktu senggang.  Semua terhenti karena satu pilihan.

Di usia empat puluh baru mengenal dunia  maya, di dindingnya sering saya tulis sebait dua bait puisi. Hingga teman menyarankan untuk mencari grup yang bergerak di bidang menulis dari tulis puisi, cerpen dan sebagainya. 

Akhirnya di dunia maya mencoba peruntungan untuk mengembangkan bakat dari kecil yang tidak tersampaikan hanya sebatas buku harian.

Hanya bisa menulis puisi biasa yang tak tahu  diksi, kosa kata dan sebagainya. Apa yang ditulis hanya pergerakan hati.. 

Setiap ada lomba berbau puisi, aku akan ikut, dan di tantang membuat  puisi biasa di jadikan prosa dan dijadikan sebuah cerpen. Tanpa menunggu  menyanggupinya,padahal saat itu pengetahuan tentang puisi hanyalah sebatas pelajaran bahasa indonesia dan  tak punya idola penyair. Hanya sebatas menyukai puisi puisinya saja.

Satu tantangan ke tantangan lainnya hingga kemampuan menulis semakin berkembang walau terkadang ada salah penulisan dalam bahasa indonesia. 

Semua lomba yang mampir di halaman akan saya lahap sedemikian rupa. Terkadang sering terbawa emosi untuk menyelesaikannya sesegera mungkin.

Namun berjalannya waktu, belajar untuk mengendapkan tulisan sebelum di kirim, dan dibaca kembali sebelum diikut sertakan dalam lomba. Saking seringnya ikutan lomba dan nama ada di setiap lomba membuat orang memberi gelar "Ratu Lomba."

Menang atau kalah dalam suatu lomba tidak pernah di  permasalahkan yang terpenting berani untuk ikut dan banyak belajar dari setiap kesalahan dalam kepenulisan.

Bukan untuk menyombongkan diri, karena semua hanyalah tinggal kenangan. Mungkin sudah berkisar delapan puluh antologi puisi dan cerpen yang tertulis nama  dan mendapatkan juara di  cipta puisi prosa ( kalau di tantang lagi mungkin tidak ingat lagi).

 Semua saya anggap hanyalah sebuah apresiasi untuk diri sendiri, pemicu untuk terus berkarya. Tanpa disengaja dari menulis pernah mendapatkan amplop, disaat diminta menjadi pembicara di dunia menulis, padahal bukanlah siapa siapa. Tujuan hanya ingin berbagi, bila ada nilai tambah itu rezeki.

Hanya seorang ibu yang ingin terus belajar tanpa memikirkan usia dengan perjuangan di usia yang tak muda namun mempunyai semangat yang menyala.

Rumah dinas pun jadi tempat berkumpul, berbagi pengalaman, serta membuat lomba dengan tema tak jauh dari menulis.

Saat lagi berada di puncak kenikmatan  dunia menulis, ibarat gorengan tuh lagi panas panasnya. Aku harus menerima sebuah pilihan, menulis atau fokus dengan anak dan suami. Kebetulan saat itu suami terkena serangan jantung jadi butuh perhatian lebih.

Saat itu pula melepaskan impian menjadi penulis dan fokus pada suami dan perkembangan anak. 

Ya Allah kenapa aku jadi curhat, niat hati mau bercerita tentang Kompasiana.

Lima tahun meninggalkan dunia menulis membuat kerinduan itu menggulung gulung hati. Mencoba buka Kompasiana namun apa daya lupa paswod untuk masuk bahkan semua email untuk mengirim puisi dan cerpen pun tak satu pun yang di ingat. Lima tahun menghancurkan segalanya.

Akhirnya, si sulung membuat akun baru dan kompasiana yang baru, tak terasa dua tahun berada di Kompasiana walau hanya sebagai penulis yang pasif tak membatalkan niat untuk kembali menulis setidaknya  untuk sekedar mengasah otak dan pikiran biar tajam dan tak menjadi pikun.

Ada waktu senggang menulis karena banyak sekali aktifitas jadi sebisa mungkin untuk menulis walau hanya sekali dalam satu bulan.

Segalanya sudah ada takdir dan sentilan dari Allah. Disaat ini aku harus beristirahat total karena sakit yang aku derita. Di sinilah aku kembali menikmati apa yang Allah takdir menerima rasa sakit dan kembali lagi menulis.

Satu dua puisi pengobat rasa sakit yang akhirnya mencoba menjadi yang aktif menulis dan membaca walau tak segesit dulu. 

Perlahan kembali bangkit dari ketidaknyamanan, berdamai dengan waktu yang terlewat begitu saja. Mampu hadir di Kompasiana untuk membaca dan menulis cukup bagiku.

 Bila ada apresiasi yang tak terduga itu bonus dari kesungguhan hati untuk menulis seperti dek ozy,dan yang lainnya lakukan.

Mengisi hari hari di ruang kosong dengan menulis, puisi, cerpen tapi tak bisa menulis tentang politik, karena tak pernah mau tahu soal politik,  yang hanya membuat pusing dan malu akan tingkah laku pejabat.

Setiap judul puisi atau cerpen yang telah aku buat selalu aku bagikan di halaman wa, secara  tidak langsung meminta izin dengan suami untuk kembali ke dunia menulis hanya di Kompasiana.

Sekedar mengapresiasikan diri sendiri, menghargai diri sendiri, memberi nilai lebih untuk diri sendiri . Tanpa ada niatan yang terselubung. 

Sempat memberikan hasil di Kompasiana. Kaleidekop  Kompasiana tahun 2020.. Suami tersenyum simpul hanya bilang "Tingkatkan".

Alhamdulillah berarti secara tidak langsung mendukung istri kembali ke dunia yang dia senangi. Tanpa mengurangi kewajiban sang istri terhadap suami dan anak anak.

Allah mengatur sedemikian rupa setiap perjalanan,jika kita ikhlas dan sabar, Allah akan membuka kembali jalan itu dengan caranya. 

Tulisan tulisan senior dan yunior yang menjadikan pembelajaran, motivasi, inspirasi, semangat untuk terus mencoba berkarya. Walau hasilnya hanya sedikit yang membaca, mengapresiasikan namun terus berjalan,  bagaimana hasilnya itu nanti. Setidaknya kita berusaha dan terus berusaha menjadi baik bahkan lebih baik.

Palembang, 181220

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun