Mohon tunggu...
asni asueb
asni asueb Mohon Tunggu... Penjahit - Mencoba kembali di dunia menulis

menyukai dunia menulis

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Pintu Rezeki yang Allah Buka dan Mengenang Kisah Lalu

27 November 2020   23:00 Diperbarui: 27 November 2020   23:21 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi pada kita nanti, seperti mereka bilang hari ini ada tiga,

1  Hari kemarin hari dimana kita tidak bisa mengulangnya lagi.

2. Hari ini adalah hari yang kita jalankan dan berharap  ada kebaikan yang kita jalani

3. Hari esok, hari yang kita tidak tahu apa dan bagaimana kejadian  yang akan kita lewati, tak bisa diraba maupun ditebak. 

Semua berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan yang berarti. Usaha menjahit yang aku kelola sendiri masih terus menerima orderan, begitupula dengan penjualan makanan,  dan pesanan  aneka kue alhamdulillah lancar. Setidaknya aku punya pegangan jika anak anak membutuhkan.

Anak sulung waktu itu masih kuliah  di teknik mesin dan lagi menyusun skripsi, terbayangkan bagaimana. Keponakan yang di arsitek begitu pula tak berhenti dari membeli kertas untuk menggambar sketsa rumah.

Aku masih bisa santai karena hasil menjahit dan menjual serta menerima orderan bisa membantu. Jangan tanyakan gaji suami kemana. Alhamdulillah setidaknya aku bisa bantu meringankan tanggung jawab suami, apalagi keponakan yang aku biayai adalah keponakan aku sendiri.

Saat anak gadis memasuki dunia kuliah, ambil penerbangan, walau sebenarnya kalau mau jujur, tidak mampu. Demi anak, kepala jadi kaki, kaki jadi kepala itulah orang tua, agar anak bisa memenuhi cita citanya.

Di awal kuliah masih berjalan lancar, alhamdulillah sedikit sedikit bisa mengumpulkan biasa semesternya yang mencapai tiga puluh juta per semester, belum jatah bulanan dan membeli alat alat praktek. Setahun itu setidaknya menyiapkan uang berkisar seratus dua puluh juta untuk anak gadis saja.

Saat covit 19 menyerang Indonesia,asuransi Bumi Putra tak kunjung keluar, disinilah  keuangan mulai kacau balau, orderan jahit dan orderan makanan turun  dan bahkan tidak ada sama sekali. Aku harus berputar otak bagaimana bis menutupi kebutuhan dapur yang selama ini tertutupi dengan hasil orderan. Semua gaji suami untuk kebutuhan anak anak dan membayar pinjaman di koperasi.

Kebetulan aku harus beres bereskan pakaian karena mau pindah dari rumah dinas yang lama ke yang baru. Memilah mana baju yang aku pakai dan mana yang tidak  terpakai. Karena aku bisa menjahit jadi setiap pergi kondangan atau jadi panitia,  selalu mengenakan pakaian baru yang hanya sekali pakai.

Terbersit kenapa aku tidak menjualnya saja, baru sekali pakai dan masih bagus, tapi jual ke siapa? Bingung! Terpenting sekarang memilah dan jual ke siapa itu nanti urusannya. Hal hasil aku mendapatkan lima kotak baju. 

Padahal bila aku membuat satu baju, dua atau tiga baju aku keluarkan dan aku berikan ke orang yang membutuhkan atau asisten rumah tangga yang bekerja di rumah.

Mungkin sudah mau rezekinya dari Allah, anak anak negeri pulau mengabarkan mau main ke rumah, karena sudah lama tidak main ke rumah.

Aku mencoba menawarkan baju baju itu kepada mereka, ternyata mereka mau dan berebut memilih baju yang pas mereka gunakan, karena baju bekas walau baru sekali pakai, menjualnya menyesuaikan saja, berkisar ,seratus hingga lima ratus ribu. 

Sesuai dengan model dan bahan yang digunakan. Mereka senang karena di tempat mereka baju baju khusus untuk acara pesta itu sangat maha dan jahit juga upahnya mahal.

Alhamdulilah sejak saat itu ada saja yang mau membeli baju. Lima kotak gudang garam bersih tak tersisa , ada yang minta tempo,  transper, bayar tunai. Pintu yang Allah buka tanpa kita duga.

KENANGAN SILAM

Kisah ini mengingatkan aku kembali kenangan masa lampau, dua puluh tiga tahun yang lalu di saat aku pulang ke kota kecil yang dingin dan sejuk yaitu Curup

Tak pernah absen untuk ke pasar atas yang khusus menjual pakaian bekas, yang sering di sebut BJ, baju, jaket, celana anak anak merek luar negri, itu yang selalu aku buru. Biasanya kalau sudah di pilih, baju yan bagus posisinya di gantung dan yang tidak di gantung di jual lebih murah.

Sedangkan aku selalu membeli baju yang digantung karena kalau memilih baju yang di bawa pasti asma akan kumat karena debu dan bau khas dari baju tersebut.

Setelah mendapatkan yang sesuai dengan anak dengan model yang tidak ada dipasaran , ada juga lain merek.

Direndam, di cuci bersih berulang ulang agar bau khas baju itu hilang.  Orang pasti nggak menyangka apa yang di kenakan anak  ku adalah baju bekas. 

Di saat aku kembali ke kota tempat suami bekerja, dan saat jalan atau bermain orang selalu bertanya  

"Beli dimana, bajunya cakep sekali sepertinya belum ada di sini ya,"kata ibu ibu di sekitar itu bergantian.

Andai mereka tahu aku beli dimana, apa mereka mau, kehidupan mereka di atas sedangkan aku suami baru bekerja, kita berdua masih kuliah. Jadi sebisa kita, dengan uang sedikit anak tetap bisa bergaya dan tidak ketinggalan mode. 

Palembang,271120

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun