Lelah yang di rasa terbayar dengan semua rutinitas yang dilakukan setiap hari. Di sini merasakan betapa waktu cepet berjalan, ibadah yang tak putus. Bisa menyelesaikan rangkaian ibadah bagiku sudah cukup, walau orang berkata apa. Di tanah suci ini banyak pelajaran bagiku secara pribadi, bagaimana Allah memperlihatkan satu persatu kekacauan dunia secara kelompok atau individu .Â
Saat kita muda, kita bisa mempergunakan mata untuk melihat bagaimana kekuasaan Allah, beribu ribu orang dari beberapa penjuru, berharap pada satu kiblat.
Saat kita muda , di mana telinga mampu mendengar keluh kesah, tangisan, taubat, memohon pada Nya satu kebaikan. Di mana tangan masih mampu untuk membantu sesama tanpa memandang siapa dan apa.Â
Di saat kaki masih kokoh untuk berjalan tanpa bergantung pada orang, merasakan setapak demi setapak menuju kehidupan baru. Nikmat mana lagi yang harus aku kejar kecuali bersimpuh, menangis, memohon, ikhlas  akan semua ketentuan di permadani yang terbentang.
Bila Kau izinkan, aku ingin kembali dan menghabiskan waktu di pelataran masjid_Mu tak ingin melewati setiap momen yang berharga yang tidak ku dapati di dunia maya. Tanpa sandiwara, tanpa kesombongan karena di mata_Nya semua tiada arti
Palembang, 1 oktober 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H