Mohon tunggu...
asni asueb
asni asueb Mohon Tunggu... Penjahit - Mencoba kembali di dunia menulis

menyukai dunia menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pulang dengan Dua Kerinduan

27 Oktober 2019   10:41 Diperbarui: 27 Oktober 2019   10:47 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jalan perlahan menuju mu,  jelas terlihat kau tak menyangka aku pulang dan memberanikan diri melangkah kaki ke rumahmu. Mata itu , mata yang penuh isyarat kerinduan., Serta beribu tanya kenapa aku pulang.

Kau sahabat sekaligus penjaga hatiku. Kau terlalu baik bagiku, Saat aku selalu dalam fase kehidupan yang terendah, kau selalu mengingatkan,  selalu marah jika aku berbuat salah.   Kalimat demi kalimat yang keluar dari bibirmu selalu membuat hatiku tenang. Kau selalu bilang,

" ini hidup sobat, ini pilihan dan ketika kau memilih saat itupula kau harus menjalaninya, suka atau tidak. Akankah kau hancurkan hanya karena lelahmu. Bersabarlah suatu saat lelahmu akan menjawab semuanya.

Kau sahabat hati, penjaga hati dan kehormatan ku, tak pernah sekalipun kau mengambil kesempatan dari  titik terendah kehidupan diriku, bahkan kau relakan dirimu menjadi tonggak agar aku kembali bangkit dan  berjalan menuju penghujung jalan..

Sahabat, doaku selalu untukmu, agar Allah mengizinkan  hati putih mu termiliki seseorang yang lebih baik dari diriku. Biarkanlah dalam diam cinta itu tetap terpatri di hatimu. Tak akan pernah ku usik.

Waktu terus berjalan hingga tiba di penghujung jalan, aku harus pulang. Berat tapi tak bisa untuk di pungkiri. Saat mata kita beradu pandang. Di ujung matamu ada genangan air mata yang tertahan. Genggam erat tanganmu mengisyaratkan agar aku kembali dan  kau bisikan kata

"Pulanglah, kapan pun kau mau, aku tetap  sahabat hati dan penjaga hatimu."

Genggaman tangan ini semakin erat. Namun aku harus berlalu membawa kenangan indah bersamamu. Ada tangis yang tertahan ketika langkah ini semakin menjauh, kereta malam membawaku dalam sunyi.

Teruntuk mu sahabat yang selalu menjadi buku coretan  kehidupanku dari awal hingga sekarang, doaku selalu agar hatimu yang putih menemukan hati yang sama. Hingga kau mampu untuk merajutnya bersama.

Palembang,27102019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun