Giliran saya pun tiba. Setelah memasang peralatan tempur, saya tak lupa diajari cara ekualisasi saat menyelam agar telinga kita tak merasakan sakit jika tekanan bertambah.
Saya menceburkan diri dalam air dengan teknik back roll. Sebelum mencebur ke dalam air, saya ingat pesan salah satu teman di kapal, katanya, "apapun yang terjadi di bawah sana nanti, selang oksigen jangan sampai lepas".Â
Pesan itulah yang saya ingat. Saat back roll satu tangan memang harus memegang selang agar tak lepas, sedang tangan yang lain memegang mask agar tidak geser pas jatuh ke air.
Saya tak menyentuh peralatan sama sekali, sebab ada teman saya yang mengoperasikannya dengan aman. Saya tinggal mengikuti instruksi sang master melalui gerakan tangan. Kami berkomunikasi dengan kode-kode untuk mengetahui apakah selang oksigen berfungsi dengan baik, apakah merasa nyaman atau ingin naik ke atas.
Saya merasa takjub melihat pemandangan bawah laut dari jarak amat dekat. Mata saya berasa tak berkedip. Selama saya menikmati yang ada di depan mata, teman saya sibuk memastikan peralatan berfungsi dengan baik. Saya dijaga seperti orang tua yang mengantar anaknya saat baru pertama masuk sekolah PAUD. Ada juga teman lain yang mengambil dokumentasi.
Saya bahagia bertemu dengan nemo dan anemone laut. Saya bahagia melihat ikan berkeliaran manja. Sayang sungguh sayang, banyak karang yang rusak akibat bom yang digunakan untuk mencari ikan, barangkali.
Karang rusak menjadi bangkai. Sangat disayangkan melihat pemandangan ini. Akankah anak-cucu kita kelak hanya bisa mendengar cerita tentang keindahan laut negeri ini? Semoga tak demikian!
Selain snorkeling, scuba diving, baru-baru ini saya mencoba main jetski. Harga sewa jetski beragam sesuai dengan jarak dan berapa lama mau disewa. Saya mencoba rute dari dermaga Popsa menuju Pulau Kodingareng Keke dan Pulau Samalona.Â
Setelah guide menunjukkan tombol start, gas, dan rem, saya membawa jetski dari dermaga Popsa menuju Pulau Kodingareng Keke dengan didampingi guide yang duduk manis di belakang saya.