Saya melihat kawanan monyet bermain-main di bekas ladang jagung. Sesekali saya juga melihat kapal hilir mudik membawa penumpang dari pulau seberang untuk singgah di pantai.
Sekitar pukul 13.00 WITA, kami meninggalkan pantai menuju Tanjung Bloam. Dalam perjalanan kami bertemu dengan rombongan remaja yang sepertinya juga akan menuju pantai Pink.Â
Kak Leo memberi tahu jalan yang harus ditempuh oleh rombongan remaja tersebut. Kami kembali harus melewati hutan sengon yang seakan mati.
Ternyata pemirsa, kami harus menerobos hutan sengon yang eksotis. Saya takjub dan minta singgah sebentar untuk berfoto ria dan ternyata kawan yang lain juga berminat untuk foto di hutan yang meranggas itu.
Tanaman berduri di kanan-kiri beberapa kali membuat pakaian saya tersangkut dan melukai tangan yang tidak tertutup pakaian.Â
So, gaes, kalau hendak ke Tanjung Bloam harus pakai jaket atau baju tebal agar tidak tertusuk tanaman berduri di sepanjang jalan.Â
Kalau saya pikir, jalan yang kami lalui ini bukan jalan umum, tapi kami berusaha mencari celah yang bisa dilewati di tengah hutan belantara.
Kami singgah sebentar untuk menikmati perbukitan gersang, pantai, dan hembusan angin, sebelum kembali melanjutkan perjalanan menuju Tanjung Bloam. Angin di tempat ini seakan mendorong kuat tubuh saya untuk menjatuhkan diri ke pantai sangking kencangnya.