Jika mengacu ke aturan yang ada, untuk bisa maju menjadi calon Ketua Umum, seorang kandidat harus mengantongi minimal 30% atau setara dengan 168 suara. Sampai saat ini, total DPD berada di belakang pencalonan SYL adalah 24 DPD yang ada di Sulawesi Selatan, masih sangat jauh dari kata cukup untuk sekedar maju menjadi kanditat. Waktu pelaksanaan Munaslub masih beberapa bulan lagi (jika dilaksanakan pada bulan Mei atau Juni), masih ada banyak waktu yang bisa dilakukan oleh SYL dan timnya untuk melakukan konsolidasi dan komunikasi dengan para ketua DPD. Oleh karena itu, dalam rangka untuk mensosialisasikan pencalonannya, SYL dan timnya harus melakukan langkah-langkah cerdas, simpatik, dengan tetap mengedepankan pertarungan gagasan untuk membangun partai.Â
Sampai saat ini, dari semua nama-nama yang beredar, selain SYL, Pak Mahyuddin (Wakil Ketua MPR) juga telah mendeklarasikan diri untuk maju dalam pertarungan nantinya, demikian juga dengan Aziz Syamsuddin (Sekretaris Fraksi Golkar DPR) juga terang-terangan mengatakan keinginannya untuk maju sebagai calon Ketua Umum Golkar. Peta kekuatan yang dapat menunjukan basis suara masing-masing kandidat belum terlihat dengan jelas, sehingga sampai saat ini pertarungan masih sangat cair.
Selain beberapa keunggulan dari aspek personal, pencalonan SYL juga akan diperhadapkan pada berbagai persoalan yang dapat menghambat laju pencalonannya. Faktor pembiayaan misalnya, SYL bukanlah pengusaha, sosoknya adalah birokrat tulen, karirinya di mulai dari jabatanh lurah, sehingga dari aspek pendanaan pencalonannya, ini bisa jadi kendala. Tidak dapat dipungkiri bahwa untuk maju dan bisa merebut kursi Ketua Umum partai, apalagi partai sebesar Golkar, tentunya dibutuhkan biaya yang sangat besar, entah itu membiayai sosialisasi, konsolidasi, maupun pragmatisme jual beli suara (yang tentunya dikemas dalam istilah lain). Jika pencalonan SYL tidak memiliki basis finasial yang memadai, maka bisa jadi ambisinya untuk menjadi Ketua Umum Golkar hanya tinggal impian.
Faktor lainnya yang bisa menjadi titik lemah pencalonan SYL adalah dari faktor umur. SYL yang lahir pada tanggal 16 Maret 1955 saat ini telah berusia hampir 61 tahun. Tentunya usia ini sudah tidak tergolong muda lagi, apalagi jika dibandingkan usia kandidat lainnya seperti Ade Komaruddin, Azis Syamsuddin, maupun Mahyuddin. Pencalonan SYL akan dianggap bukan merupakan bahagian dari regenerasi, apalagi mengingat apa yang disampaikan oleh Pak Habibie di arena Mukernas Golkar yang lalu, usia SYL tidak berada pada kisaran 40-60 tahun.
Selain faktor pembiayaan dan usia, hal lainnya yang dapat menjadi persoalan serius dalam pencalonan SYL adalah isu lokal/domestik Sulawesi Selatan. Adalah sebuah fakta jika di Sulawesi Selatan, SYL sangat lekat dengan "dinasti politik", di DPD Golkar Sulsel, Ichsan YL yang merupakan adik kandungnya menduduki jabatan bendahara partai, saudara perempunnya Tenri Olle YL merupakan Ketua DPD Golkar Kab. Gowa, demikian halnya dengan Adnan Purichta Ichsan YL yang merupakan Bupati Gowa terpilih (sebelumnya adalah anggota DPRD Sulsel dari Partai Golkar) adalah ponakan langsung dari Sang Komandan. Selain di Golkar, anak SYL sendiri Indira Cunda Thita merupakan anggota DPR dari PAN. Meskipun issu lokal dan bukan merupakan sesuatu yang salah, issu "dinasti" ini bisa dikapitalisasi oleh lawan politiknya sebagai senjata ampuh untuk menyerang SYL.
Oleh karena itu, agar menang dalam pertarungan nantinya, SYL dan timnya tentunya sudah memiliki strategi tersendiri untuk memaksimalkan potensi dan peluang yang ada serta meminimalkan hal-hal yang dapat menjadi issu negatif yang dapat menghambat SYL menuju kursi nomor satu di Partai Beringin.
Semoga Munaslub Partai Golkar melahirkan pemimpin yang negarawan .....
Â
Catatan :
Sumber Foto : koransulawesi.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H