Bill Bejo bin Bejo merasa "heran" kenapa ia harus "heran".
Iya, Bejo "heran" dengan rasa "heran"nya.
Herannya membuat Bill Bejo heran.
Seharusnya rasa heran itu tidak perlu terjadi bila ia bisa menahan keheranannya, ia tidak perlu heran.
Akhir-akhir ini ia heran kenapa harus heran.
Bill Bejo duduk santai di teras rumahnya, sambil mendengarkan irama merdu suara rintik hujan yang jatuh diatas atap rumahnya. Kopi, rokok, dan jin penunggu gorong-gorong beberapa malam ini menemani.
"Ada apa Jo?" Sapa jin penunggu gorong-gorong bertanya kepada Bejo. Tidak seperti biasanya. Biasanya Bill Bejo bin Bejo yang memulai dulu untuk mengobrol, tapi kali...entah...
Itu juga yang membuat Bill Bejo bin Bejo juga merasa heran.
"Jin kamu kan usianya panjang, kamu tahu tidak, kehidupan masa lalu manusia ?"
"Maksudnya?" Ganti jin yang merasa heran.
"Ya misalnya masa lalu bapak A, atau bapak B, atau bapak C?"
"Ha ha ha manusia manusia, manusia memang ada-ada saja," jin heran," manusia kok pingin tahu masa lalu."
"Kenapa kamu tertawa? Tahu tidak?"
"Aku benar-benar heran terhadap manusia, masa lalu-masa lalu. Sini kalau kamu pingin tahu masa lalu, sini dekat sini, kamu tak kasih tahu kalau sebenarnya masa lalu itu tidak tidak perlu dikasih tahu."
"Maksudnya?"
"Masa lalu manusia itu banyak yang perlu ditutupi, banyak yang tidak perlu dikasih tahukan kepada orang lain, banyak yang tidak baik, banyak aib, walau itu tidak semua."
Bill Bejo bin Bejo merasa heran kenapa ia harus heran. Heran terhadap aib masa lalu. Heran kenapa aib masa lalu kok ditutupi. Aib masa lalu kok membuat heran. Heran kenapa heran!.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI