Pada Jumat, 23 Agustus 2024, Kabupaten Purwakarta menjadi tuan rumah bagi pelatihan inovatif yang dirancang untuk meningkatkan kapasitas guru Pendidikan Pancasila tingkat SMP dalam mengembangkan dan menerapkan desain pembelajaran berbasis tanggap budaya, atau Culturally Responsive Teaching.Â
Pelatihan ini dilaksanakan di Aula SMPN 1 Purwakarta, dengan partisipasi antusias dari puluhan guru yang bersemangat meningkatkan kemampuan mereka dalam menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif dan relevan.
Kegiatan ini dimulai pada pukul 07.30 WIB dengan sesi registrasi peserta, yang dilanjutkan dengan sesi pembukaan. Sambutan pertama diberikan oleh Bapak H. Fathoni, M.Pd.,M.M. selaku Kepala Sekolah SMPN 1 Purwakarta.Â
Kemudian sambutan dilanjutkan oleh Prof. Dr. Kokom Komalasari, M.Pd., Ketua Pusat Kajian dan Model Pembelajaran Inovatif (PKMBI) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), yang juga merupakan salah satu narasumber utama dalam pelatihan ini.Â
Dalam sambutannya, Prof. Kokom menekankan pentingnya penerapan strategi pembelajaran yang mampu menghargai dan mengakomodasi keragaman budaya di dalam kelas, terutama dalam konteks mata pelajaran Pendidikan Pancasila yang sarat dengan nilai-nilai kebangsaan dan kemanusiaan.
Sambutan berikutnya disampaikan oleh Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) Kabupaten Purwakarta, yang menyoroti pentingnya kolaborasi antara guru dalam mengembangkan praktik pembelajaran yang lebih efektif dan responsif terhadap kebutuhan siswa yang berasal dari latar belakang budaya yang beragam. Beliau juga mengapresiasi upaya para guru yang terus berinovasi demi meningkatkan kualitas pendidikan.
Setelah sesi pembukaan, pelatihan memasuki sesi pematerian pertama pada pukul 08.30 WIB, dengan topik "Strategi Pembelajaran yang Tanggap Budaya dalam Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila". Prof. Dr. Kokom Komalasari, M.Pd. kembali tampil sebagai pemateri dan memaparkan berbagai pendekatan dan teknik pengajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk memastikan bahwa setiap siswa merasa dihargai dan diakui budaya serta identitasnya dalam proses pembelajaran. Pendekatan ini, menurutnya, bukan hanya penting untuk menciptakan suasana belajar yang nyaman, tetapi juga untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila secara lebih efektif.
Sesi berikutnya, yang berlangsung pada pukul 09.20 WIB, menghadirkan Dr. Iim Siti Masyitoh, M.Si., seorang ahli dalam bidang pengembangan kurikulum. Beliau membahas tentang cara mengembangkan modul ajar yang mengintegrasikan prinsip-prinsip Culturally Responsive Teaching.Â
Modul ajar ini dirancang tidak hanya untuk menyampaikan materi akademis, tetapi juga untuk menjadi media yang menghargai dan menguatkan identitas budaya siswa. Dr. Iim menjelaskan berbagai contoh konkret dan langkah-langkah praktis yang dapat diadopsi oleh para guru dalam pengajaran sehari-hari.
Pada pukul 10.10 WIB, Dede Iswandi, M.Pd., melanjutkan dengan materi mengenai penilaian atau asesmen formatif dan sumatif dalam konteks pembelajaran tanggap budaya. Beliau menekankan bahwa penilaian harus dilakukan dengan adil dan inklusif, mencerminkan kemampuan dan kemajuan siswa secara komprehensif tanpa mengabaikan latar belakang budaya mereka. Menurut Dede, dengan penilaian yang tepat, guru dapat lebih memahami kebutuhan belajar siswa dan menyesuaikan strategi pengajaran untuk mendukung perkembangan mereka secara optimal.