Mohon tunggu...
Asmiati Malik
Asmiati Malik Mohon Tunggu... Ilmuwan - Political Economic Analist

Political Economist|Fascinated with Science and Physics |Twitter: AsmiatiMalik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

[Review Buku] "The Subtle Art of Not Giving a F*ck"

18 Mei 2018   06:14 Diperbarui: 18 Mei 2018   07:00 6048
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo: cherierenee.com

Termasuk nilai-nilai seperti: "kenikmatan" atau pleasure. Dalam artian kalau anda menghadiahi diri anda dengan kenikmatan sementara anda tidak akan mendapatkan kebahagian jangka panjang. Contohnya adalah orang yang selingkuh. Pada awalnya mereka bahagia tapi pada akhirnya akan ada penyesalan yang terpendam yang membawa pada ketidak-bahagiaan.

Nilai kedua ada, kesuksesan material. Banyak orang yang melihat sukses adalah orang yang memilki harta yang berlimpah, memiliki baju yang begitu banyak bahkan saking banyaknya dia sendiri tidak sempat memakainya dan hanya menjadikannya pajangan lemari. 

Sekaya apapun anda, anda hanya bisa makan secara sehat tiga kali sehari. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara banyaknya harta dengan kebahagiaan.Yang membuat anda bahagia adalah capaian pribadi atau self-achievement. 

Contohnya anda akan lebih bahagia menjadi orang yang memiliki gaji/pendapatan lebih tinggi dari teman kerja anda. Dibandingkan ketika anda pindah ke tempat baru, meskipun gaji anda lebih tinggi dari tempat kerja sebelumya, tapi anda berada pada posisi paling rendah dari orang lain, anda akan merasa tidak puas.

Nilai ketiga adalah 'selalu merasa benar'. Ini akan membelenggu anda untuk berkembang, karena anda secara tidak sadar membentuk benteng pertahanan untuk mendengarkan pendapat orang lain. Sehingga anda lebih sering menjadi orang yang ingin didengarkan daripada menjadi orang yang belajar untuk mendengarkan. 

Orang seperti ini hidup dalam dunianya sendiri, sehingga kalau ia mendapatan orang yang beropini berbeda dengannya dia akan sangat resistant dan menolak dengan segala cara agar opini dan pendapatnya diterima.

Yang terakhir adalah selalu berfikir positif. Menjadi orang selalu positif itu baik, akan tetapi menutupi perasaan negative dan menguburnya akan membuat anda menjauh dari kebenaran. 

Contoh sederhana adalah perokok, mereka hidup dalam opini yang dibuatnya dengan beranggapan banyak orang yang merokok tapi sehat saja, dengan begitu dia membenarkan tindakannya. Oleh karena itu pilihan yang tepat adalah berfikir positive tapi dilain sisi juga mengatasi hal negative tersebut. Dengan begitu anda tidak akan menjadi pribadi yang suka menyangkal. 

Akhir kata, saya sangat merekomendasikan buku ini untuk dibaca oleh siapapun, terutama untuk generasi X (milenial: usia 17-35). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun