Ada beberapa rangkaian kejadian penting yang sangat berbau unsur agama dalam tujuh hari belakang ini.
Dimulai dengan serangan narapida di Mako Brimob pada tanggal 8 Mei 2018, yang mengorbankan lima anggota polisi.Â
Sehari setelah itu, film 212 The Power of Love diluncurkan kepasaran dan bisa di saksikan di bioskop. Kemudian, pada tanggal 11 Mei 2018, terjadi aksi bela Palestina yang dilaksanakan di Monas.Â
Keesokan harinya pada tanggal 12 Mei 2018, polisi kembali menangkap dua perempuan yang berencana menusuk polisi di Mako Brimob.
Dan lima hari kemudian, pada tanggal 13 Mei 2018 terjadi ledakan bom di beberapa gereja di Surabaya yang diduga keras dilakoni oleh Jamaah Anshorut Daulah (JAD).Â
Pada hari senin, terjadi lagi ledakan bom bunuh diri di depan Mapolrestabes Surabaya, pada saat yang sama juga, Amerika Serikat membuka kantor kedutaannya di Jerusalem, sekaligus pernyataan simbol secara resmi bahwa Jerusalem adalah milik negara Israel.
Di hari yang sama pula tentara Israel membunuh 58 warga negara Palestina yang sedang melakukan protes di jalur Gaza, yang menolak ibu kota Israel pindah dari Tel Aviv ke Jerusalem.
Kita tidak bisa menafikkan bahwa rangkaian kejadian-kejadian tersebut sangat berbau unsur agama 'Islam'. Dan saya yakin dari rangkaian peristiwa tersebut ada makna politis dan simbolisme agama yang tersirat.
Meskipun pada peristiwa di peristiwa bom bunuh diri di Surabaya, dalam konferensi persnya, Kapolri Tito Karnavian menyatakan:Â
"sekali lagi kelompok-kelompok ini, tidak terkait serangan-serangan ini, dengan masalah-masalah keagamaan, namun pemikiran-pemikiran yang menyalah gunakan ajaran-ajaran, jadi tidak terkait dengan, sekali lagi agama apapun"