Meskipun 73,2% dari responden menyatakan ada peningkatan pendapatan mereka sejak 2014 sampai sekarang. Tetapi  66,4% dari mereka hanya mengalami peningkatan antara 1-10%, 17% yang memiliki kenaikan penghasilan di atas 15%, an 16,6% pendapatannya meningkat di atas 16 %. Sedangkan 26,8% menegaskan bahwa pendapatan mereka tidak meningkat sama sekali.
Persepsi yang hampir sama juga terjadi dalam pengecer pakaian, sepatu, dan tas. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan pemilik UKM yang bergerak dibidang ritail baju, kebanyakan dari mereka merasa bahwa ada penurunan pendapatan yang signifikan, dibandingkan pada tahun 2014.
Salah satu pemilik bisnis yang memiliki toko di pusat grosir Pasar Butung Makasar pusat grosir garmen terbesar dibagian timur Indonesia. Kebanyakan dari mereka menjual pakaian dan aksesoris menegaskan bahwa, "Saya bingung mengapa pelanggan mereka enggan untuk membelanjakan uang mereka".
Biasanya, mereka dapat menghasilkan 2 Â juta perhari, tapi sekarang sulit untuk mendapatkan 500 ribu perhari. Ketika bulan puasa dan lebaran, pendapatan mereka pun turun dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Demikian pula pemilik toko di Metro Tanah Abang, yang merupakan grosir terbesar di Asia Tenggara. Mereka menyatakan "bisnis sekarang kurang baik tidak seperti sebelumnya, bahkan kami sudah mencoba berinovasi melalui pemasaran produk kami di Instagram dan Facebook, namun penjualan masih suram dibanding beberapa tahun terakhir."
Kebanyakan dari mereka berpikir bahwa itu adalah karena harga barang dan jasa terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Ini membuktikan klaim pemertintah pada belanja online belum tentu benar.
Bahkan, 54% dari responden lebih memilih untuk membeli kebutuhan bulanan mereka di mal, 40% di pasar lokal, dan hanya sebagian kecil atau 6% yang berbelanja melalui online.
Selain itu, dari yang 6% tersebut hampir 35% membeli aksesoris dan pakaian di angka 32%.
Perbedaan Persepsi
Jelas bahwa tidak ada kesamaan persepsi antara pemerintah sebagai pembuat kebijakan, pasar dan masyarakat dalam mempersepsikan pelemahan daya beli masyarakat Indonesia membeli.