Mohon tunggu...
Asmiati Malik
Asmiati Malik Mohon Tunggu... Ilmuwan - Political Economic Analist

Political Economist|Fascinated with Science and Physics |Twitter: AsmiatiMalik

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Arah Kebijakan Politik Luar Negeri Amerika Serikat di Bawah Mike Pompeo

14 April 2018   10:46 Diperbarui: 14 April 2018   11:18 1549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.theguardian.com

Donald Trump baru saja memecat Rex Tillerson yang menjabat sebagai Sekertaris Negara Amerika Serikat yang setara dengan Kementrian Luar Negeri di Indonesia. Tillerson sendiri bukanlah orang biasa terutama di industri perminyakan, sebelumnya dia pernah menjabat sebagaiCEO ExxonMobile selama sepuluh tahun dari tahun 2006-2016.

Trump kemudian menggantinya dengan Mike Pompeo, yang sebelumnya menjabat sebagai direktur CIA. Jabatan Pompeo sendiri kemudian digantikan oleh Gina Haspel yang ditentang oleh senatorRand Paul dari Partai Republik mengingat dugaan Haspel pada skandal kekerasan dan penyiksaan nara pidana terorisme. Haspel sendiri pada pemerintahan Barak Obama, menjabat sebagai Direktur Operasi di CIA.

Trump memecat Rex lewat cuitannya di Twitter, dimana pada saat yang samaRex sedang dalam rangka kunjungan kerja ke negara-negara Afrika. Tindakan Trump yang memecat Rex Tillerson dianggap oleh pakar politik luar negeri Amerika Serikat ProfScott Lucas dari University of Birmingham, UK sebagai kebijakan yang blunder.

Dimasa Tillerson menjabat, 60% dari top rankin diplomat mengundurkan diri dan kandidat yang melamar untuk posisi tersebut hanya memenuhi setengahnya. Hal ini mengindikasikan ada masalah substansial dalam pola organisasi dan managemen dalam lembaga tersebut dibawah kepemimpinan Tillerson.  Contoh yang lain adalah belum ada penunjukan duta besar Amerika Serikat untuk German dimasa kepemimpinan Tillerson.

Hubungan Trump dengan Tillerson sendiri sudah retak sejak Rex mengatakan Trump sebagai Presiden yang bodoh sebagaimana. Disamping itu Trump dan Tillerson  sering berbeda pendapat dimana Tillerson berusaha memoderasi kebijakan politik luar negeri Trump yang dianggap kontroversial seperti pemindahan ibu kota Israel dari Tel Aviv ke Jerussalem yang oleh Tillerson dianggap kurang baik. Dilain sisi, Trump dianggap tidak suka mendengarkan orang-orang yang suka menentang kebijakannya.

Hal ini kemudian diperparah ketika Tillerson mengungkapkan akan mendukung kebijakan Inggris terhadap Rusia menyusul pembunuhan bekas mata-mata RusiaSergei Skripal bersama dengan anaknya Yulia yang ditengarai dilakukan oleh pihak Kremlin Rusia. Ini dibuktikan dengan ditemukannya zat Novichok yang dapat menyerang urat syaraf dengan cepat pada tas Yulia. Zat ini dikembangkan olehUni Soviet ketika masa pesang dingin.

Akan tetapi Presiden Trump sendiri dikenal dekat dengan Kremlin melalui hubungan kerjasama antara MenantunyaJared Kushnerdan bantuan Putin ke Trump pada pemilihan presiden Amerika Serikat yang lalu.

Meskipun pada investigasi akhir yang dilakukan olehRobert Mueller dari Partai Republik dan menyimpulkan bahwa  hasil investigasi selama setahun prihal bantun Rusia pada Trump sewaktu pemilihan presiden dianggap tidak terbukti. Hal itu sebenarnya sudah dapat diduga mengingat Partai Republik sendiri adalah partai pendukung Trump.

Arah Kebijakan Luar Negeri Amerika dibawah Pompeo

Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah akan seperti apa kebijakan luar negeri Amerika Serikat dibawah Mike Pompeo.

Mike Pompeo dikalangan pakar kebijakan politik internasional sudah sangat tidak asing.Pompeo terkenal sebagai orang yang cerdas, alumni West Point dan Fakultas Hukum Harvard dan pernah berkarier di Militer dengan pangkat Kapten dan juga anggota kongres di Kansas.

Sikap politiknya sendiri ke Trump lebih cenderung penurut ketimbang menentang, hal ini lah yang menyebabkan Trump menganggap dia memiliki kaitan emosional yang kuat dengan Tillerson. Dibeberapa kesempatan Pompeo kerap membela Trump mengenai keterlibatan Trump dengan Rusia prihal pemilihan presiden yang lalu dengan menganggap bahwa hal tersebut dilakukan oleh pihak Rusia untukmerusak sistem demokrasi di Amerika Serikat.

Pompeo juga sangat mendukung kebijakan Trump yang cukup kontroversial seperti ketidak percayaannya terhadap perubahan iklim, serta kebijakan yang progressive dan proteksionisme. Sehingga kemungkinan besar arah kebijakan luar negeri Amerika Serikat betul-betul didasarkan pada pola politik Trump (Trumpie) yang selama ini ditengarai banyak dipengaruhi oleh kubu Jared Kushner tanpa adanya pihak yang mampu untuk mengimbanginya.  

Kebijakan Luar Negeri yang Patut di Waspadai

Ada beberapa hal yang akan menjadi perhatian dunia internasional mengenai kebijakan Trump terutama mengenai arah kebijakan Trump ke Asia Pasifik (Tiongkok, Jepang dan semenanjung Korea), serta kebijakan Amerika Serikat di Timur Tengah.

Progres diplomasi antara Korea Utara dengan Amerika untuk sementara ini menunjukkan hal yang cukup positif dimana, Trump setuju untuk bertemu dengan Kim Jong Un untuk membahas uji coba senjata nuklir Korea Utara yang kerap dilakukan diwilayah luat Korea dan Jepang. Disamping itu, Kim Jong Un berharap dalam pertemuan tersebut dia bisa mendapatkan pengakuan dari Amerika Serikat mengenai keberadaan dan legitimasi Korea Utara.

Tapi hasil dari pertemuan tersebut belum bisa ditebak, mengingat ini akan menjadi sejarah pertama untuk Korea Utara melakukan pertemuan dengan Presiden Amerika Serikat yang selama ini dianggap sebagai musuh utama untuk Korea Utara. Hal yang terburuk bisa saja merubah landscape politik di Asia Pasific dan kestabilan diwilayah tersebut. 

Mengingat bahwa Korea Utara dan Korea Selatan masih dalam kondisi perang saudara sejak1950. Dan kedekatan emosional antara Korea Utara, Tiongkok dan Rusia bisa saja membuat blok politik baru dikawasan tersebut dengan masuknya Amerika Serikat.

Ketengangan diwilayah Asia Pasifik buat Indonesia sendiri akan sangat berpengaruh mengingat investor utama Indonesia adalah negara-negara dikawasan Asia Pasifik termasuk China, Jepang dan Korea Selatan. Sehingga perubahan politik dikawasan tersebut harus diwaspadai oleh pemerintah Indonesia.

Hal lain yang harus diperhatikan adalah kebijakan proteksionisme Amerika terhadap produk yang memiliki dampak dalam skala besar pada ekonomi Indonesia seperti penetapan tarif dan kuota untuk barang-barang ekspor. Perang dagang ini bisa saja menyebabkan beberapa komoditas ekspor unggulan Indonesia ke Amerika Serikat seperti Crude Palm Oil (CPO) menjadi tidak kompetitif. Besarnya permintaan AS terhadap CPO Indonesia mencapai193.47 ribu ton di tahun 2018. 

Apalagi ekspor CPO Indonesia ke Eropa harus diwaspadai mengingat larangan Uni Eropa untuk mengunakan CPO karena dianggap tidak ramah lingkungan. Hal ini sudah cukup memangkas harga CPO apalagi apabila AS melakukan proteksionisme habis-habisan, maka dampak lansung akan terlihat pada anjloknya harga komoditas CPO Indonesia.

Hal ini dampak lansungnya bisa akan terlihat pada pendapatan devisa negara Indonesia, apalagi ekpor CPO Indonesia berkontribusi sebesar 12% dari total ekspor Indonesia. Lemahnya pendapatan devisa negara akan menyebabkan nilai tukar rupiah terhadap dollar akan melemah, sehingga bisa saja hal tersebut mengancam kondisi perekonomian domestik Indonesia.

Oleh karena itu sangat penting Indonesia melakukan diversifikasi barang ekspor dan tujuan negara ekpor komoditas dengan menjalin kerjasama bilateral yang lebih intensif dengan negara-negara laiinya. Disamping itu pemerintah harus jeli melihat arah kebijakan politik ekonomi-perdagangan AS terutama yang bisa berdampak lansung pada ekonomi politik Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun