Mendung, dinginnya angin hilir mudik dan perasaan tidak enak ini membuatku jadi bad mood. Tak tahu apa dan kenapa, padahal biasanya pada cuaca sejuk aku akan senang karena akan mendengar suara rintikan hujan.
Perlahan pikiranku berputar, mencoba mengolah hal-hal yang terjadi belakangan ini. Sampai aku teringat dengan makan malam antara keluargaku dan keluarga Kevin.
Malam itu terasa begitu aneh dan firasatku tidak enak, bukan karena ada vas pecah atau sejenisnya melainkan karena percakapan kedua orang tua kami.
***
Ayah Kevin nampak berbicara serius dengan ayahku, sementara ibu berbincang dengan ibunya Kevin beserta Kevin itu sendiri.
Pada awalnya, aku merasa semua akan baik-baik saja seperti biasa, sampai aku mendengar pembicaraan ayahku dan ayah Kevin. "Baiklah, kalau begitu. Acara pernikahan ini akan diadakan bulan depan setelah putri kami berulang tahun..."
Aku yang mendengar pembicaraan mereka sontak kaget.Â
"Ayah?" Aku menatap ayahku seksama dengan tak percaya.
***
"Azalia, anakku tersayang hari ini engkau menikah dengan lelaki terbaik pilihan Ayah. Ayah harap, kalian akan selalu bersama hingga maut memisahkan, yaa..." ayah nampak senang, tidak seperti biasanya yang terlihat begitu tegang dan menakutkan.Â
"Iya, Ayah." Aku sedikit menghela nafas berat, menatap Kevin yang tersenyum padaku.