Mohon tunggu...
Asmari Rahman
Asmari Rahman Mohon Tunggu... Administrasi - Lahir di Bagansiapi-api 8 Okt 1961

MEMBACA sebanyak mungkin, MENULIS seperlunya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Penantian

22 Juni 2017   13:36 Diperbarui: 22 Juni 2017   13:38 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sejak tiga tahun terakhir ini aku mulai merindukannya, apa lagi usia ku sudah beranjak magrib, ingin rasanya aku melihatnya pulang, berbincang dan bercanda seenaknya atau paling tidak untuk menitip pesan yang terakhir sebelum aku mati," desisnya.

"Andaikan malam ini dia tidak tiba ?" tanyaku

"Esok malam aku akan tetap menunggunya disini, menunggu dengan penuh harapan," kemudian lelaki tua itu terdiam sejenak, dia seakan sedang mengumpulkan seluruh kekuatannya untuk melanjutkan kata-katanya. "Andaikan sampai dipenghujung Ramadlan ini dia tidak pulang, maka dengan penuh harapan, akan kutunggu anakku pulang dipenghujung Ramadlan tahun depan," ujarnya dengan suara yang terbata-bata,

Tidak berapa lama setelah itu terdengar bunyi  seruling KM. Pulau Baru dan sejenak kemudian kapal itupun merapat kedermaga. Aku bergegas bangkit dan menyalaminya, "Semoga Allah memenuhi harapan bapak," kataku sambil berpamitan, terdengar suaranya menjawab lirih, "aamiin,"  lirih sekali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun