Buya akhirnya bebas setelah rezim Soekarno jatuh, dan digantikan rezim Soeharto.
Dan pada tanggal 16 Juni 1970, seorang ajudan Soeharto, Mayjen Suryo mendatangi rumah Buya Hamka untuk memberitahukan bahwa Soekarno meninggal, dan menyampaikan pesan terakhirnya, yaitu: Bila aku mati kelak, minta kesediaan Hamka untuk menjadi imam shalat jenazahku.
Mendengar Soekarno meninggal, Buya pun bergegas berangkat melayat jenazah sang proklamator ini di Wisma Yaso. Di sana telah hadir pula Presiden Soeharto, dan beberapa pejabat tinggi negara lainnya.
Buya Hamka dengan mantap menjadi imam sholat jenazah Soekarno. Pesan terakhir sang Presiden Pertama Republik Indonesia yang memenjarakannya, dengan ikhlas ditunaikan Buya Hamka.
2. Mohammad Yamin
[caption caption="Mohammad Yamin | Foto via Wikipedia"]
“Bila saya wafat, tolong Hamka bersedia menemani di saat-saat akhir hidupku dan ikut mengantarkan jenazahku ke kampung halamanku di Talawi.”
Tahun 1955 sampai 1957, sebagai seorang anggota Kontituante dari Fraksi Partai Masyumi, Buya Hamka aktif dalam sidang perumusan Dasar Negara Republik Indonesia. Dalam sidang ada dua pilihan sebagai Dasar Negara, yaitu:
UUD’45, dengan Dasar Negara Pancasila
UUD’45, dengan Dasar Negara Berdasarkan Islam
Untuk kedua pilihan Dasar Negara tersebut, terbelah dua front yang sama kuat. Front pertama, kelompok Islam dengan paartai Masyumi sebagai pimpinanannya, mengajukan dasar negara berdasarkan Islam.
Sedangkan front kedua, dipimpin PNI, Partai Nasional Indonesia, yang ingin negara berdasarkan Pancasila.
Dalam acara persedingan, Buya Hamka menyampaikan pidato politiknya.
“Bila negara kita ini mengambil dasar negara berdasarkan Pancasila, sama saja kita menuju jalan ke neraka!” kata Buya dalam pidatonya.