Mohon tunggu...
Asmara Dewo
Asmara Dewo Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Pendiri www.asmarainjogja.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Indra dan Yanti

16 Januari 2016   17:39 Diperbarui: 16 Januari 2016   17:56 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Eh, kamu belum jawab pertanyaanku tadi,” kini aku di sampingnya. Bermain ombak mengikuti kekanakannya.

“Yang mana?” Yenti mendelik, “oh … yang masalah pilihan guide itu.”

Aku mengangguk.

“Karena aku sudah lama mengenal kamu.”

“Hah … kenal aku?” tanyaku heran.

“Iya, aku kan selalu membaca artikel travelling mingguanmu. Nah, satu lagi yang harus kamu tahu,” telunjuk Yenti teracung di depan wajih cantiknya, “aku juga tahu kamu seorang penulis fiksi. Bualan dalam ceritamu itu sungguh membuatku terharu, aku jadi ingin seperti Yanti.” Ia pun tertawa lebar.

Aku pun gelak tawa medengar jawabannya, “sebenarnya, Yenti, aku gerogi menemanimu travelling di Jogja. Ini sungguh-sungguh beda dari biasanya. Sudah ribuan tamu yang kulayani dan kutemani untuk menikmati wisata-wisata yang ada di Jogja ini. Tapi kali ini beda, kamu tamu yang tidak umum seperti lainnya. Nah, karena itu pula biar aku nggak kikuk menemanimu, aku mengarang cerita pantai ini.”

“It’s ok, no problem,” Yenti mendesis. Syal merah yang menggantung di lehernya yang berjenjang itu ia lilitkan sekali lagi.

“Kamu tahu, Yenti? Dari segala pantai di Jogjakarta ini, Pantai Indrayanti inilah yang paling kusuka. Menurutku ini adalah pantai yang terindah. Airnya yang jernih, hijau kebiruan, ombakmya yang tenang, lembut dan putih pasirnya, juga bukit yang menjulang tinggi itu. Ini adalah panorama eksotis yang menggairahkanku berimajinasi,” jelasku pada Yenti sambil menunjuk Bukit Karang.

“Ya … ya … aku setuju, ini adalah pantai yang paling indah,” kemudian Yenti ke tepi, mengajakku ke Bukit Karang, “temani aku ke sana.”

Wajah Yenti berubah seperti kerang rebus, memerah. Tenggorokan keringnya disejukkan dengan minuman soda dari tasnya, “ini untuk kamu.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun