Aku ingin bertanya padamu: “kau milik siapa?”
Bukan milikku, bukan pula orang yang paling kau cintai di dunia
Ayah, ibu, dan keluarga besarmu yang lainnya
Lalu kau untuk siapa pula?
Bayi meringkik puluhan tahun silam
Menjelma menjadi gadis berkepang dua
Tertatih menapaki dunia yang kelam
Menuju kehidupan warna-warni bianglala
Kau anak manusia …
Gadis kecil titipan Tuhan
Berkelana sepanjang usia
Berderu hitam-manis kehidupan
Kau untuk siapa?
Aku tanya di depan wajahmu yang lugu
Dan kau milik siapa?
Kubalas binar mata yang menyala. Mata kita menyatu
Pernah aku dibisikkan, dari suara hati baja
Katanya: jangan pulang sebelum menang!
Kau wanita pejuang dari negeri yang berbudaya
Leluluhurmu perantau jauh pergi ke negeri orang
Kau … jangan pulang sebelum menang!
Usia tak lagi muda …
Kekanakan terkikis waktu
Usia bertambah tua …
Kewajiban harus dipacu
Kau anak manusia, pemilik Sang Semesta
Di buminya kau bermanja menoreh catatan perjalanan
Kau anak manusia, dilahirkan dari Raja Manusia
Untuk manusia lainnya, untuk sebuah kehidupan
Berlarilah mengejar duniamu!
Berlarilah kau gadis kecil yang menua!
Bersama waktu … bersama cita-citamu
Lalu pulang dengan kemenangan, sampai Ia menyapa
Sampai Ia menyapa ...
Membujukmu untuk kembali.
Jogjakarta, 8 Januari 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H