Mohon tunggu...
Asmadi
Asmadi Mohon Tunggu... Lainnya - PNS

Nama saya Asmadi Badawi, biasa dipanggil Madhy. Lahir di TG ARU, nama desa di sebuah pulau kecil nan unik. Pulaunya kecil tapi strategis, kepemilikannya dimiliki oleh dua negara, pulau Sebatik namanya. Saya hanyalah Seorang fakir ilmu yang terus ingin belajar, tidak lain semata-mata ingin berkontribusi pada pembangunan. Kalimat yang indah "Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat" menjadi pegangan hidup dan melatar belakangi munculnya saya pada kolom kompasiana. Berharap lewat tulisan-tulisan sederhana bisa memberikan manfaat bagi yang membaca. Hobby badminton dan me time.

Selanjutnya

Tutup

KKN Pilihan

KKN di Desa Pa'Lamumut

2 Juni 2024   09:24 Diperbarui: 2 Juni 2024   09:33 1236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KKN. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Nenek yang dikenal sebagai orang pintar di kampung, duduk di depan kami dengan beberapa alat peraga di depannya. Telur dan wadah berisi air, yang paling saya ingat. Sesekali ia melantangkan suara, berbicara dengan bahasa yang tidak kami fahami, entah berbicara dengan siapa. Nenek itu tidak bisa berbahasa Indonesia, anggota keluarga jadi penerjemah. Kami diberitahu bahwa diantara kami, ada salah satu yang ingin diambil sama "penjaga kampung", kami sontak panik dan rahma makin lemas mendengar kalimat itu.

Kami diarahkan maju satu persatu mendekat ke nenek. Setiap orang yang maju, nenek seperti berbicara dan membaca mantra, sambal mengarahkan tangannya ke telur yang ada di dalam wadah berisi air. Katanya, jika telur itu berputar, maka orang itulah yang akan diambil. Satu persatu dari kami mendapat giliran. Saya dan Ison aman, katanya bukan saya dan Ison yang ingin diambil, dia malah takut sama kami berdua. Satu persatu maju mendapat giliran, telur tidak berputar. Saat Rahma maju, telur berputar. Kami panik dan shock di malam itu, usia yang masih relatif muda dan ilmu baru seumur jagung, ada disituasi seperti malam itu, di tempat yang berbeda budaya, apalagi Rahma. Teman lain sambil menenangkan Rahma, memijat badannya yang semakin lemas. Saya meminta arahan, langkah apa yang perlu kami ambil. Kami sepakat dan menyetuji arahan nenek, melepaskan ayam putih ke sungai.

Hari demi hari kami lewati, satu persatu program kerja yang telah kami agendakan, telah kami selesaikan. Tibalah saatnya kami bersiap-siap untuk meninggalkan desa ini, desa yang penuh warna selama kami KKN. Kami lega, semua program kerja kami selesaikan meskipun disertai dengan drama.

Warga menyatu, bersiap melepas kami kembali ke Kampus. Mereka telah menyiapkan acara perpisahan. Drama culture shock dan horror telah kami lewati. Kami berfikir, bahwa babak selanjutnya adalah penutupan yang akan dibalut dengan rasa senang dan bahagia bersama warga.

Ternyata tidak, kami salah, drama terus berlanjut. Episode perpisahan yang paling tidak menyenangkan seumur hidupku. Malam itu, kami diliputi rasa takut dan mencekam. Melebihi rasa takut saat kami di rumah "orang pintar".

Malam itu, awalnya biasa saja, seperti perayaan api unggun biasanya, bercerita dan muda mudi berdansa. Beberapa orang tua di tempat terpisah, di sebuah rumah yang tidak jauh dari tempat api unggun, kami mahasiswa yang laki-laki dipanggil ke rumah tersebut. Disitu kami sudah disiapkan minuman beralkohol, minuman fermentasi yang sudah lama tersimpan di dalam guci. Awalnya, saya menolak dengan halus dan pergi meninggalkan beberapa orang yang sudah seperti terkena pengaruh minuman. Tidak lama kemudian, panggilan datang menyusul. "Dipanggil, kalau kau ga minum, mereka tidak jamin kamu besok selamat diperjalanan atau tidak" Kata Jhony. Sontak saya kaget dan kembali ke rumah itu. Dengan keyakinan, saya memilih untuk tidak meminum dan meminta maaf, meskipun mereka bilang ini acara perpisahan untuk kami.

Setiba di lokasi api unggun, saya melihat teman-teman sedang menari atas permintaan muda mudi. Lama kelamaan, oknum meminta laki-laki setempat berdansa berpasangan dengan mahasiswi KKN. Tentu saya tidak setuju, Karena melihat pemuda itu sepertinya sedang mabuk. Saya membisikkan ke Sumi, Ila, Rinda dan Rahma untuk segera kembali ke posko dan mengunci pintu.

Saya diitarik salah satu perempuan desa, diajak dansa. Tangannya diletakkkan di pinggang saya. Kamu mabuk ya? Pertanyaan yang saya lontarkan ke dia samial melihat disebelahku ada Jhony, Amir, Syarif dan Rahman sedang dansa dengan "pasangannya", dia membalas "Tidak, dua gelas saja. Aroma alkohol dari mulutnya cukup tajam.

Makin mencekam, oknum pemuda desa yang semakin tidak terkendali. Teriak-teriak membawa pisau dengan tidak memakai baju. Ia sedang marah karena mahasiswi KKN pulang ke posko dan tidak dansa bersama dia.

Situasi semakin menakutkan, beruntung ada warga setempat yang bisa mengamankan pemuda tersebut. Kami semua kembali ke posko sebelum acara penutupan selesai. 

Kami berharap agar cepat pagi, karena mata tidak mau terlelap. Rasa campur aduk. Sungguh tidak terfikir, akan jadi farewell party yang tidak kami harapkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten KKN Selengkapnya
Lihat KKN Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun