Mohon tunggu...
Asmadi
Asmadi Mohon Tunggu... Lainnya - PNS

Nama saya Asmadi Badawi, biasa dipanggil Madhy. Lahir di TG ARU, nama desa di sebuah pulau kecil nan unik. Pulaunya kecil tapi strategis, kepemilikannya dimiliki oleh dua negara, pulau Sebatik namanya. Saya hanyalah Seorang fakir ilmu yang terus ingin belajar, tidak lain semata-mata ingin berkontribusi pada pembangunan. Kalimat yang indah "Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat" menjadi pegangan hidup dan melatar belakangi munculnya saya pada kolom kompasiana. Berharap lewat tulisan-tulisan sederhana bisa memberikan manfaat bagi yang membaca. Hobby badminton dan me time.

Selanjutnya

Tutup

KKN Pilihan

KKN di Desa Pa'Lamumut

2 Juni 2024   09:24 Diperbarui: 2 Juni 2024   09:33 1190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KKN. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Jika hari pertama kami diwarnai dengan cerita horor, di hari kedua cerita kami diwarnai dengan culture shock.  

Contoh culture shocknya yaitu, anjing dan babi menjadi hal yang biasa ada di sekeliling kita. Pernah suatu pagi, saya dan Amir ke rumah Pak Desa, sambil duduk dan melaporkan rencana Program Kerja selama KKN, tumit kami rasanya makin lama makin hangat. Saya dan Amir saling bertatapan dan langsung melihat ke bawah, ternyata anak-anak anjing sedang menjilat tumit kami, kami reflek teriak "maaaak"... kami sambil berdiri dan Amir lompat naik ke kursi.

Ada pengalaman lucu lagi yang saya alami, karena posko kami tidak punya toilet untuk buang air besar, saya izin numpang toilet penduduk yang berada di belakang rumahnya. Ketika ditunjukkan toiletnya, saya seakan ragu karena seperti kandang, lirih dalam hati. Saya coba meyakinkan diri lagi dengan bertanya ke dua kalinya sambil menunjuk tempat yang seperti kandang. Wes, "bener, tempat buang air besar' ucapku lagi dalam hati karena ada lubang. Mulai duduk jongkok, lalu ada suara bunyi "gedebuk" nyaring seperti suara hewan yang sedang ingin mendobrak dinding tepat dibelakangku. Saya lari keluar dari toilet itu secepat kilat, tangan langsung respon menaikkan celana. Untung belum sempat mengeluarkan "hajat". Saya jatuh tersungkur dan sedikit berdarah. Rasa panik seketika berangsur hilang, saya mulai mendekati kembali toilet itu, ternyata bunyi itu adalah bunyi babi yang sedang ingin menyerang saya dari belakang, tapi terhalang oleh dinding yang terbuat dari kayu. Satu papan dengan yang papan lainnya mempunyai jarak. Toilet itu dibagi dua ruangan, satunya kandang babi. Babi hutan yang cukup besar ukurannya sedang mengeluarkan suara aneh seperi sedang marah. Luka di tulang kering berbekas hingga sekarang, menjadi penanda peristiwa lucu ini, kenang-kenangan KKN. Hal yang sama, Sumi juga punya tanda bekas di muka akibat kecelakaan motor saat KKN.

Seminggu pertama, kami mulai mengenal lingkungan. Hewan-hewan yang tidak tidak terbiasa dengan kami, mulai terbiasa dengan keberadaannya berdampingan dengan warga. Posko kami tidak ada toilet tempat buang air besar, kami harus ke sungai, karena menumpang di toilet warga rasanya berat sekali. Hal yang saya sesali saat ini, kenapa saat itu saya tidak terfikir membuat program membuat Jamban Sehat padahal masih linear dengan keilmuan saya yaitu Kesehatan. Sebagai representatif mahasiswa Kesehatan Masyarakat, kami bersama teman Fakultas Kedokteran mengadakan program sunatan massal yang kami angkat sebagai program Level Kecamatan.

Sunatan Massal menemui sedikit hambatan dan drama. Sunatan massal 'identik' dengan agama Islam, sementara anak-anak di Desa Pa'Lamumut mayoritas Non Islam. Selentingan, nada miring ini sampai di telinga saya. Saya terus melakukan advokasi, bahwa ini adalah program murni dari sisi kesehatan, saya dari Fakultas Kesehatan Masyarakat dan bekerjasama dengan Mahasiswa Fakultas Kedokteran di regu yang ada di Kecamatan. Akhirnya, tokoh masyarakat mulai faham dan bahkan ada beberapa anaknya yang ikut disunat/khitan.

Dengan segala keterbatasan yang kami alami, sisi positifnya kami semakin akrab dan solid. Setiap pagi dan sore, bersama-sama ke sungai untuk mandi dan mencuci. Sering kali, anak-anak setempat ikut bersama kami ke sungai. Sungainya cukup jernih dan dingin. Lompat dari atas ke bawah (sungai) menjadi permainan favorit kami. Sungai lumayan jauh dari posko,kami  tidak berani ke sana sendirian, apatah lagi warga setempat sudah mengingatkan kami tentang cerita-cerita di sungai.


Berbekal MP4 yang saya bawa dari Samarinda, saya sering mengabadikan momen-momen selama KKN termasuk saat ke sungai. Suatu ketika, saya meminta tolong ke Rahman untuk memindahkan file foto dari MP4 ke laptop. Sambil mencari foto yang dimaksud, Rahman tiba-tiba mendatangi saya dan menceritakan ada satu foto yang aneh. Foto yang diambil kemarin sore di sungai. Diantara kami, ada penampakan lain berwarna putih, tapi mukanya tidak jelas. Saat itu, saya hanya menangkan Rahman sambal berkata, "Kamu salah lihat'. Saya langsung mengambil alih pemindahan file dan tanpa sepengetahuan Rahman, foto 'aneh' itu saya hapus.

Rupanya, Rahman terus penasaran. Beberapa hari kemudian, dia bercerita kalau tadi malam sedang mimpi yang aneh dan serem. Ada makhluk aneh yang ingin mengambil salah satu dari kami di grup ini. Ciri-cirinya kepala botak. Satu-satunya berkepala botak hanya dia, Rahman. Ceritanya cukup lucu, dari kami sedikit tertawa, sambil serius mendengar cerita dari Rahman dengan mimic serius.

Rahman semakin kepikiran, diam-diam mendatangi ketua adat untuk mendapatkan petunjuk dari mimpinya. Ketua adat mengarahkan Rahman dan seluruh teman-teman KKN ke orang pintar. Setibanya di Posko, Rahman menceritakan ke kami tentang keresahannya dan arahan Ketua Adat. Kami menyepakati, agar nanti malam menemui orang pintar yang dimaksud oleh Ketua Adat.

Malam tiba, suasana mencekam, gelap gulita, bermodal senter hp jadul yang menjadi penerang menuju rumah orang pintar, beberapa kali anjing menggonggongi kami. Kami sambil berpegangan tangan, sambil bertanya-tanya, apa yang akan terjadi di rumah orang pintar itu.

Sesampai di rumah orang pintar tersebut, kami dipersilahkan masuk dan duduk sambil menunggu orang pintar. Beberapa menit kemudian, suasana hening dan cahaya tidak begitu terang, keluarlah perempuan paruh baya dari kamar, ia menatap kami satu persatu dengan tajam tanpa menyapa. Tentu, suasana makin membuat kami ketakutan. Rahma, anak rumahan dari Ibu Kota Provinsi semakin gugup, sesekali Sumi dan Ila bergantian memegang kakinya dan membubuhi minyak. Sepertinya iya sangat ketakutan malam ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten KKN Selengkapnya
Lihat KKN Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun