Tindakan Jones yang lain, dengan dirinya membakar gambar yang dipercayai sebagai ilustrasi Rasulullah Saw., juga mempertegas bahwa pendeta di Florida tersebut sama sekali tidak tahu menahu tentang Islam. Melalui penilaian yang demikian, maka Jones dapat dikategorikan orang yang belum mengenal Islam, karena tidak dapat membedakan antara oknum (orang yang mengaku beragama Islam) dengan Islam itu sendiri, serta tidak memahami secara komprehensif tentang Islam.
Melihat motifnya, Jones sepertinya bermaksud baik, berupaya menciptakan perdamaian dengan menolak kekerasan seperti tragedi yang terjadi 11 September 2001. Hanya saja, niat baik Terry Jones ini tidak diikuti dengan pemahaman yang baik, sehingga apa yang dilakukannya menjadi keliru. Termasuk bagaimana Jones ini menilai peraturan negara lain melalui sudut pandang aturan yang ada di negaranya sendiri.
Memahami kekeliruan Jones tersebut, sebagai umat Islam sudah semestinya dalam menyikapinya diwujudkan dengan cara yang indah, seperti melihat sisi kemanusiaan Jones yang tentunya tidak luput dari hilaf dan kekurangan yang dimilikinya (al insanu mahallul khatai wannisyani). Umat Islam Indonesia secara khusus, seyogyanya bijak dalam mengambil penilaian dan tindakan atas aksi Jones ini. Tidak boleh berlebih-lebihan (isrof), karena bukan saja itu dilarang oleh agama tetapi juga akan memperburuk citra agama dimata orang yang tak kenal tentang keindahan Islam (Lihat: QS. Al-Mukmin [40]: 43 dan QS. Asy-Syuara [26]: 151-152).
Disamping itu, dasar di Islam, kejahatan tidaklah diperbolehkan dibalas dengan kejahatan. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh banyak perawi, seperti Ibn Majah, dikatakan, "La Dhororo wa La Dhiroro" (tidak boleh melakukan sesuatu yang membahayakan). Kaedah fiqh juga dikatakan, "al-Drororu La Yuzalu bi Mitslihi" (tidak boleh membalas keburukan dengan suatu keburukan juga).
Selain itu, apa yang dilakukan Terry Jones sebagai pemuka agama Kristen, juga tidak lantas menilai agama Kristen melalui apa yang dilakukan oleh Jones. Karena jika menilai agama lain melalui perilaku jahat oknum yang mengaku penganut ataupun tokoh agama tertentu, maka sangat terbuka untuk terjebak dengan kondisi yang serupa dengan Jones.
Gaya Nabi dalam Menyikapi Umat Lain yang Menyakiti
Mengambil hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim, diceritakan saat Aisyah menanyakan sesuatu yang buruk di perang Uhud. Melalui pertanyaan Aisyah, Rasulullah menjawab.
"Suatu hari aku pernah menemui kaum yang sangat kejam yang belum pernah aku temui, yaitu hari di mana aku menemui kaum kampung Aqobah (di Thaif), ketika aku ingin menemui (untuk meminta perlindungan, sekaligus menyebarkan islam) Ibnu Abi Yalil bin Abdi Kulal (salah satu pembesar di Thaif), dia tidak memenuhi keinginanku. Lalu aku pulang dalam keadaan wajahku berdarah (karena perlakuan warganya yang melempaliranya dengan batu). Ketika aku berhenti di Qarnul Tsa'alib (Miqat Qarnul Manajil), aku melihat ke atas dan awan memayungiku sehingga aku merasa teduh. Lalu, aku melihat Jibril memanggilku, seraya berkata: 'Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan (hinaan) kaummu dan penolakan mereka kepadamu. Allah telah mengutus malaikat penjaga gunung terhadapmu.'
"'Ya Muhammad,' sahut malaikat penjaga gunung. 'Jika engkau mau supaya aku melipatkan Akhsyabain (dua gunung di Makkahm, yaitu gunung Abi Qubaisy dan gunung yang menghadapnya) ini di atas mereka, niscaya akan aku lakukan.'
Kemudian, mendapat tawaran tersebut, Rasulullah SAW justru berdoa (tidak ada sedikit pun keinginan untuk membalasnya). Beliau bahkan meminta kepada Allah, mudah-mudahan  keluar dari tulang rusuk mereka (keturunan) yang menyembah Allah yang Esa dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Wallahua'lam bishowab....
Salam, gembel Wahyu NH Aly