Mohon tunggu...
Wahyu NH Aly
Wahyu NH Aly Mohon Tunggu... lainnya -

Wahyu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Antar Agama Saling Menyesatkan, Bisakah Terwujud Toleransi?

5 September 2010   17:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:25 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

2. Seandainya ada, perkawinan antar ras yang berbeda, itu juga bukan menyatukan ras, melainkan persatuan ras yang akan melahirkan kemungkinan: seorang anak mengikuti ibunya, seorang anak mengikuti (cenderung) ras ayahnya, atau bisa saja membentuk ras baru, yaitu percampuran antara ayah dengan ibu. Ras yang baru ini, tidaklah sama dengan ras ayah maupun ras ibu.

(kata kunci di no. 2 adalah, munculnya “ras baru”)

B. Konsep Kesesatan dalam Agama-Agama, Toleransi?

Perbedaan antar agama adalah sesuatu yang nyata (ada). Apabila disatukan, maka akan melahirkan agama baru. Misalnya membuat pernyataan bahwasanya semua agama benar, itu sama saja melahirkan (membuat) agama (ajaran) baru (singularisme).

1. Perbedaan sesat dan jahat

Sesat dan jahat sangatlah berbeda. Sesat itu bersifat pribadi yang tidak ada kaitannya dengan orang lain. Akan tetapi, sesat bisa menjadi perbuatan jahat apabila seseorang yang tersesat kemudian mempengaruhi apalagi memaksa orang lain untuk melakukan apa yangh dilakukan dirinya, padahal orang yang diajak tersebut tidak tahu maksud dan tujuannya. Sedangkan jahat bersifat internal dan eksternal. Maksudnya, ada dua hal di dalamnya yaitu, dirinya sendiri dan pihak lain yang menjadi korbannya. (untuk sementara penjelasannya ini dulu)

2. Membaca perbedaan antara sesat dan jahat melalui analogi

Saya dan Anda belum pernah ke Jakarta. Saya dan Anda memiliki buku panduan yang berbeda untuk ke Jakarta. Melalui buku panduan yang saya miliki Jakarta itu terletak di aran Barat, akan tetapi di dalam buku panduan Anda Jakarta di arah Timur. Saya mempercayai buku panduan saya dengan alasan menurut saya sangat meyakinkan, begitu pula Anda mempercayai buku panduan Anda. Tentunya, saya akan menyalahkan Anda, dan begitujuga sebaliknya Anda menyalahkan saya. Saya akan menganggap Anda tersesat, dan pula Anda akan menganggap sayalah yang akan tersesat. Selama saya tidak memaksa Anda mengikuti apa yang saya percayai, begitu pula selama anda tidak memaksa saya mempercayai Anda, maka saya dan Anda tidaklah jahat. Akan tetapi, jika saya memaksa kepercayaan saya kepada anda, atau sebaliknya, maka pemaksaan itulah yang disebut jahat. Dengan demikian, saya dan Anda harus saling menghormati kepercayaan masang-masing ini, dengan segenap membawa konsekwensi yang ada nantinya.

Dengan perumpamaan ini, juga bisa dilanjutkan, bahwasanya keselamatan yang hanya di satu buku panduan itu. Maksudnya, dengan saya menganggap pilihan Anda adalah sesat, atau begitu juga sebaliknya, Anda akan mengatakan saya sesat karena saya memilih arah Jakarta itu ke Barat, maka menggunakan kata yang berbeda saya menganggap Anda akan tidak selamat dan begitu pula sebaliknya saya menurut Anda sebagaimana buku panduan Anda kalau saya akan tidak selamat. Dengan demikian, kata sesat memiliki arti tidak selamat.

3. Memahami konsep sesat dalam agama-agama

Melalui analogi di atas, maka bisa dipahami bahwasanya agama adalah panduan, tinggal sejauh mana penganut masing-masing agama itu meyakininya. Ini sebagaimana antara saya dengan Anda sebagai sahabat saya, yang berbeda agama. Saya menganggap Anda akan tersesat dengan agama Anda, dan juga sebaliknya Anda menganggap saya tersesat sebagaimana Anda meyakini agama Anda. Selama masih dalam "anggapan", maka baik saya maupun Anda tidaklah melakukan kejahatan, akan tetapi ketika sudah memasuki pemaksaan agar Anda mengikuti saya atau saya dipaksa mengikuti Anda, maka "pemaksaan" inilah yang disebut dengan kejahatan. Walhasil, kejahatan adalah bersifat langsung dan hanya berkaitan pada makhluk Tuhan, sedangkan tersesat dalam kacamata agama lebih kepada yang bersifat "future" dan pribadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun