Mohon tunggu...
Wahyu NH Aly
Wahyu NH Aly Mohon Tunggu... lainnya -

Wahyu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Antar Agama Saling Menyesatkan, Bisakah Terwujud Toleransi?

5 September 2010   17:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:25 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

PERTANYAAN DARI SEORANG TEMAN:

Menilai bahwasanya setiap agama tidak mengajarkan kekerasan terhadap agama yang lain, lalu yang menjadi pertanyaan, bagaimana dengan konsep kesesatan dalam masing-masing agama, apakah itu bukan termasuk ajaran agama agar memusuhi agama yang lain? Atau dengan pertanyaan lain yang memiliki maksud sama, bukankah agama pada dasarnya memang bersifat memecah belah, karena setiap agama mengajarkan bahwa ia yang paling benar dan satu satunya jalan menuju keselamatan sedangkan agama yang lain adalah sesat, maka bagaimana mungkin seseorang yang beragama bisa dengan tulus menghayati perbedaan dan toleransi bila masih memiliki pandangan demikian?

JAWABAN SAYA:

Perbedaan adalah suatu hal yang wajar dan pasti. Perbedaan bukan kemudian harus disikapi dengan “menyalahkan” apalagi “membenci” dalam taraf kemanusiaan.

A. Perbedaan antara “persatuan” (toleransi/ pluralisme) dan “penyatuan” (singularisme)

- Persatuan yaitu, ada perbedaan (beragam) akan tetapi ada suatu hal yang menjadikan untuk bertemu, dengan tetap tidak merubah warna masing-masing. Misalnya, mengakui dan membiarkan adanya perbedaan setiap masing-masing agama. Tidak boleh dengan adanya perdedaan itu kemudian "memaksa" atau mengintervensi penganut agama lain untuk mengikuti agamanya, baik dengan cara yang lembut apalagi kasar. Begitu juga, tidak boleh mengatakan bahwasanya semua agama adalah sama hanya beda jalan, karena itu sama halnya dengan membuat "agama" atau ajaran baru, yang padahal sudah nyata apabila setiap agama itu berbeda. Yang artinya, pluralisme adalah hanya mencapai pada dataran meyakini eksistensi (keberadaan) masing-masing agama dengan berprinsip saling menghormati (toleran)

Contoh lain menggunakan analogi manusia, meskipun di antara manusia ada beragam ras (ras yang berbeda-beda), namun mereka mengakui keberadaan perbedaan itu dan melihat ras-ras itu adalah sama-sama manusia, dan manusia adalah bersaudara.

-Penyatuan yaitu, mengakui ada perbedaan itu, akan tetapi tidak menerima perbedaan itu sehingga berusaha untuk disamakan. Misalnya, ada salah satu penganut agama tertentu, kemudian memaksa orang lain mengikuti agamanya, baik dengan cara merayu (apapun rayuannya) apalagi dengan cara memaksa yang menggunakan kekerasan. Juga, menganggap atau mengatakan semua agama adalah sama hanya beda jalan, tergolong membuat "ajaran" baru yang pada dasarnya setiap agama meyakini perbedaan, yang dengan demikian, perrnyataan bahwa semua agama sama hanya beda jalan disebut juga singularisme bukan pluralisme, karena ada unsur merayu atau memaksa semua agama itu sama.

Melaui analogi manusia, misalnya, yaitu dengan menghidupkan satu ras dan membasmi ras yang lain. Inilah yang disebut dengan penyatuan (singularisme/ rasisme).

B. Menelisik Perbedaan Melalui Analogi Manusia

Sebelum membahas mengenai pertanyaan di atas, mengenai perbedaan dalam masing-masing agama, di sini saya terlebih dulu menganalogikan dengan perbedaan secara fisik manusia. Dalam hal ini, saya bukan bermaksud bertele-tele, melainkan untuk menambah wacana lain, sehingga dalam diskusi ini tidak saja “monoton” tema, tapi juga ada hal lain yang menunjang atau menambah atau memperkaya gaya pemaparan.

1. Setiap manusia memiliki ras yang berbeda-beda. Perbedaan itu semua, tidak bisa disatukan, yang dalam artian rasnya hanya satu. Akan tetapi, hanya bisa ada di wilayah persatuan saja, dengan berasaskan bahwa mereka semua (ras-ras yang berbeda), adalah sama-sama manusia. Dengan demikian, adanya “kesepakatan” menolak rasisme, itu hanya di wilayah kesamaan kemanusiaan, bukan menyamaratakan (membuat satu) ras.

(kata kunci di no 1 ini adalah, “persatuan” dan “satu”)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun