Mohon tunggu...
Aslil 88puspus
Aslil 88puspus Mohon Tunggu... -

untuk semua netizen, mohon bimbingan, dan ilmunya agar saya senantiasa belajar dan memperbaiki diri dalam segala hal... mari berbagi dan belajar bersama

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sintia dan Sinta

8 Januari 2013   06:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:23 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku tak bisa menjawab. Hanya kusibukkan diri mengusap air mata. Aku panic. Pasti David mendengar semuanya. Tangan David memegang tanganku. Namun Aku bersyukur, tanganku masih tersembunyi di balik selimut Sintia. Entah mengapa tangan David bagaikan pukulan maha dahsyat, genggaman tanggannya mampu memeras air matAku. Aku tak berani menatap mata David. Aku hanya melihat Sintia, adik kembarku. Aku berharap Sintia lekas bangun.

" Sin..." David masih menggenggam tanganku.

" seharusnya Aku yang terbaring koma. Bukan Sintia..." sembari menarik tanganku dari selimut. David terhenyak. Dia mengerti sikapku.

" seharusnya dia sekarang sedang di Bali bersamamu. Seharusnya dia bahagia bersamamu, ber..."

" Sin... sampai kapan kamu seperti ini? Ini bukan salahmu. Ini takdir Sin..."

" kamu seenaknya bisa bicara seperti itu...." Aku marah.

" Sin kumohon Sin sudah..."

" kenapa kamu tidak memohon pada Sintia agar dia lekas bangun??"

"......Sin kamu pikir Aku tidak sakit apa?? Aku juga merasakan apa yang kamu rasakan Sin!!"

" tidak. Kamu tidak tahu apa yang Aku rasakan..."

" Sinta... ku mohon Sin. Hentikan.."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun