" seharusnya kamu pakai saja, dingin... "
"...nggak buat kamu saja" Aku menggeleng, menolak.
" ya sudah..." David dengan jawaban apa adanya.
Itulah yang Aku suka dari David. Tak apa Aku kedinginan. Bagiku itu sudah membuatku bahagia. Jaketku dipakai untuk berlindung dari gerimis. Sembari berlari ditengah gerimis dia menoleh melempar senyum dan berucap terimakasih.
" Sintia makasih..."
Aku heran. Dia memanggilku Sintia.
Air matAku menetes diselimut. Oh tuhan.... Tepat pukul 12.00 malam. David masih terbaring didepanku. Aku terhentak dari lamunan. Tanganku ingin sekali menggapainya. Namun tak bisa. Aku tidak bisa melAkukan hal itu. Yang bisa Aku lAkukan hanya memandangi dua raga tanpa gerak didepanku. Teringat pula ketika David berucap minta maaf kepadAku. Ketika dia melAkukan kesalahan yang wajar dan tak berpengaruh untukku. Dia begitu tulus meminta maaf berkali-kali. Dia tAkut Aku terluka olehnya. Dia begitu tAkut menyakitiku. Lagi, Aku menangis mengingat peristiwa itu. Air mata ini semakin deras mengalir. Aku berjuang menahan suara isakanku. Bagiku biarlah cukup hanya Aku dan Allah yang mendengarnya.
Aku melihat diriku yang lain. Terbaring tak berdaya. Aku sedih sekali. Mengapa diriku harus mengalami nasib ini. Seharusnya saat ini Sintia sedang honey moon ke Bali. Dia sangat suka sekali Bali. Berkali-kali dia berkhayal tentang honeymoonnya yang indah di Ubud. Dia ingin sekali Aku juga melAkukan hal yang sama dengannya. Dia sangat berharap double date. Namun Aku tetap tidak bisa memenuhi keinginannya. Maafkan Aku Sintia. Karena hingga saat ini kakakmu yang payah. Tak kunjung menemukan lelaki yang cocok. Dia merasa bersalah kepadAku. Dia berkali-kali meminta maaf kepadAku. Menurutnya mendahului kakak kembarnya menikah, itu perbuatan yang jahat. Padahal bagiku itu tak apa-apa. Aku rela Sin, Aku bahagia jika kamu juga bahagia bersama David. Meskipun Aku pernah sangat berharap pada David.
"Sintia, David mencintai kamu, bukan mencintai Sinta..." airmatAku semakin membasahi selimut Sintia. SuarAku berbisik kepada seluruh isi ruangan. Aku berharap Sintia mendengarnya. Dan Aku harap Sintia tidak merasa bersalah lagi kepadAku. Aku ingin dia segera bangun. Aku ingin dia bahagia bersama David.
"Apakah ini karma bagiku? Karma bagi sepasang kembar? Kakak yang tak berdaya. Aku tidak berguna untuk adik kembarku."
".... Apa yang kamu tangisi??" David tersadar didepanku.