Mohon tunggu...
Aslang Jaya
Aslang Jaya Mohon Tunggu... Lainnya - Malu ah

Tiap kata akan menemui pembacanya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berhenti Menjadikan Laut Sasaran Eksploitasi

8 Juni 2020   09:20 Diperbarui: 12 Juni 2020   19:18 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SECARA harfiah, laut dipahami sebagai sistem perairan samudera berair asin yang saling berkelindan pada wilayah-wilayah perairan di Bumi. Pengaruh laut terhadap iklim Bumi sangat besar karena perannya dalam memengaruhi siklus air, karbon dan nitrogen.

Laut sebagai bagian dari semesta, juga berperan bagi kehidupan makhluk hidup didalamnya. Juga sangat berpengaruh terhadap makhluk di darat.

Sehingga kita sebagai manusia harus lebih bijak mengelola laut sebagai bagian dari ciptaan sang pencipta. Perlu dan penting untuk tetap dirawat dan dijaga.

Tanggal 8 Juni setiap tahunnya diperingati Hari Laut Sedunia, mulanya peringatan ini diinisiasi oleh negara Kanada di Earth Summith, Rio de Janeiro, Brasil pada tahun 1992. Dan baru disahkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 2008.

Hari laut sedunia bukan sekedar simbolitas tak bermakna, peringatan ini sebagai bentuk penghargaan kepada laut di seluruh dunia. Semarak perayaan ini biasanya ditandai dengan menikmati hasil laut untuk dikonsumsi.

Bukan sebagai bentuk konsumerisme, karena tiap gelaran perayaan hari laut sedunia, manusia peduli ekosistem laut hanya mengambil sedikit dari sekian banyak sumber kehidupan yang berada di laut.

Tidak hanya itu, beberapa negara di dunia telah mengelola daerah pesisir laut sebagai destinasi wisata untuk rekreasi. Tak mengherankan, karena hal tersebut telah bermula sejak abad ke-19. Puncaknya abad ke-20, hingga kini pesisir laut menjadi sasaran eksploitasi destinasi wisata.

Telah menjadi naluri alamiah manusia akan kecintaannya terhadap sesuatu, termasuk objek wisata. Karena daya tarik objek wisata teramat susah dibuat tiruannya oleh manusia sendiri. Originalitas alam terpancar begitu jelas bila dipandang oleh sepasang mata yang dimiliki.

Melihat Indonesia di beberapa daerah juga memiliki lokasi pariwisata laut seperti, Taman Nasional Bunaken dan Taman Laut Siladen di Manado ; Taman Laut Togean di Sulawesi Tengah; Taman Laut Selat Pantar di Kepulauan Alor, Nusa Tenggara Timur; dan Taman Nasional Taka Bonerate, Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan.

Menjadi kebanggaan bagi penulis sebagai penduduk Kepulauan Selayar, karena tanah kelahiran sendiri masuk dalam kategori destinasi wisata laut paling mencolok di Indonesia.

Taman Nasional Taka Bonerate, dikenal sebagai kawasan laut yang memiliki atol terbesar ketiga di dunia, setelah Kwajifein di Kepulauan Marshall dan Suvadiva di Kepulauan Maladewa.

Namun bangga akan sesuatu tidak akan mengubah sesuatu itu bila tidak diawali dengan niat baik menjaga.

Meskipun laut telah dikategorikan sebagai bagian sektor pariwisata, tidak menutup kemungkinan hal tersebut paralel dengan menjadikan laut sebagai sasaran eksploitasi. Sebab manusia yang diiringi naluri kerakusannya tidak pernah puas akan sesuatu.

Eksploitasi laut yang disoroti dalam artikel ini, diantaranya: Pertama, pembuangan sampah di perairan laut, data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) ada sekitar 175,000 ton timbunan sampah di Indonesia per hari atau setara 64 juta ton per tahun. Yang tertimbun di pembuangan akhir baru sekitar 70 persen, sisanya belum terkelola atau terbuang di perairan sungai, danau, pantai dan laut.

Kedua, penggunaan bom ikan, Korps Polisi Air dan Udara (Korpolairud) Baharkam Polri merilis sepanjang tahun 2019, ada sekitar 83 kasus pelanggaran penggunaan bahan peledak bom laut, yang belum teridentifikasi tidak dihitung. Orientasi pelaku tak lain ialah meraup keuntungan yang lebih besar dibanding mencari ikan sesuai anjuran berlaku.

Padahal teramat banyak dampak buruk bila hal itu terjadi, diantaranya: Kerusakan terumbu karang; Banyak ikan mati sia-sia; Jumlah ikan berkurang drastis di wilayah pemboman; Terganggunya perekonomian nelayan di sekitar wilayah tersebut.

Dipahami bahwa uang salah satu materi duniawi yang kerap menjadi incaran manusia untuk diraup sebanyak mungkin. Pundi-pundi uang memang begitu menggiurkan, apalagi mengingat kehidupan yang kian dinamis diikuti gaya hidup konsumerisme yang tinggi menjadikan manusia melakukan berbagai cara untuk meraup keuntungan.

Orientasinya bermacam-macam, namun bukan itu persoalannya, karena membatasi diri atas kerakusan ialah hal yang juga mesti dilakukan.

Menjadi pelajaran bersama bahwa beberapa peristiwa kerusakan ekologis yang muasalnya dari laut seperti tsunami, banjir, abrasi dan perubahan iklim karena ulah manusia seperti pembuangan sampah, penangkapan ikan berlebih menggunakan bahan peledak, reklamasi pantai justru berimbas pada kelangsungan hidup.

Di Sulawesi Selatan misalnya, lembaga Wahana Lingkungan Hidup Indonesia, Sulawesi Selatan (WALHI) melaporkan sepanjang tahun 2019, 20 dari 24 kabupaten/kota di Sulsel mengalami bencana alam akibat kerusakan ekologis. 1,032,852 korban jiwa ialah harga yang harus dibayar atas peristiwa itu.

Beberapa kerusakan alam yang muasalnya dari laut merupakan penanda bahwa manusia kurang bijak dalam mengelola laut sebagai bagian semesta.

Tatkala kerusakan alam telah digambarkan dengan bencana yang mengikutinya, lantas siapa yang mesti bertanggung jawab? Pertanyaan seperti ini mungkin terlihat sederhana, namun perlu dan penting menjadi bahan renungan bersama.

Peduli terhadap kondisi alam, termasuk laut—sebagai bagian dari alam—merupakan upaya memupuk rasa kepedulian terhadap sesama ciptaan.

Yang paling mungkin kita lakukan ialah menjaga laut tetap lestari dengan tidak membuang sampah di laut, ini hal kecil namun besar manfaatnya; Tidak melalukan pemboman demi meraup pundi-pundi uang yang berakibat pada kerusakan ekosistem laut dan kelangsungan hidup masyarakat pesisir.

Terakhir, mari menjaga laut tetap lestari dan selamat merayakan Hari Laut Sedunia, 2020.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun