Misalnya, saat ini, Indonesia masih memprioritaskan pengembangan sistem transmisi energi yang andal.
Artinya, pemerintah fokus untuk mendirikan jaringan listrik yang stabil dan efisien untuk menghubungkan pembangkit listrik ke konsumen, baik untuk penduduk maupun untuk sektor-sektor bisnis.
Sementara itu, IPG (International Partners Group), yang merupakan donatur JETP, lebih memprioritaskan pemanfaatan berbagai sumber terbarukan seperti tenaga surya dan angin.
Sumber-sumber terbarukan ini sering disebut juga sebagai "energi variabel" karena inputnya sangat bergantung pada kondisi cuaca.Â
Meskipun sangat efektif untuk menghasilkan listrik di lingkungan yang tepat, energi variabel ini tidak bersifat konstan atau dapat diprediksi seperti bentuk energi lainnya, seperti bahan bakar fosil. Itulah sebabnya, masih belum terlalu banyak perhatian yang diberikan pemerintah Indonesia terhadap energi surya atau angin.
Selain itu, pertumbuhan pembangkit listrik tenaga surya atap di Indonesia juga sempat menghadapi kemunduran di tahun 2022, setelah adanya pembatasan kapasitas sebesar 10 hingga 15 persen terhadap tenaga surya. Namun, hal yang sebenarnya lebih membatasi penggunaan PLTS atap di Indonesia adalah persepsi masyarakat mengenai mahalnya tarif pemasangan PLTS.
Mengambil Langkah Menuju Adopsi Energi Surya di Indonesia
Kabar baiknya adalah, dalam lima tahun terakhir, Indonesia telah mencapai kemajuan signifikan dalam instalasi fotovoltaik (PV) tenaga surya, terutama pada atap bangunan perumahan, komersial, dan industri.
Arahan pemerintah tahun 2021 juga menjadi target bagi Indonesia untuk mencapai kapasitas PLTS atap sebesar 3,6 gigawatt pada tahun 2025, setara dengan lebih dari 1.000 turbin angin berskala besar.
Untuk mempercepat transisi menuju pemanfaatan PLTS di Indonesia, investasi dalam penelitian dan pengembangan, serta kolaborasi dengan mitra internasional sangatlah penting.
Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terapung Cirata, yang menjadi pembangkit listrik PV terapung terbesar di Asia Tenggara, merupakan bukti komitmen ini.
Mencakup lahan seluas 200 hektar, PLTS Terapung Cirata ini diestimasi akan menghasilkan 245 juta kWh energi setiap tahunnya, yang dapat memenuhi kebutuhan ribuan rumah tangga.