Ronde 7 dan ronde 8: Claressa mendominasi permainan. Semua strategi Dicaire untuk membuat Shields lambat gagal total. Â Dominasi overhand yang bagus banget.
Ronde 9: Dominasi clinch. Sejujurnya saya mulai malas melihat pertandingan seperti ini. Hambar dan tak bergairah lagi. Rasanya saya ingin menyudahi tontonan ini. Tetapi tidak akan menjadi sebuah review kalau dihentikan.
Emosi Dicaire meninggi hingga mendorong Shields keluar dari tali ring, hal ini dilakukan sebagai bentuk kesadaran  akan kekalahannya. Ditambah Dicaire menghibur diri dengan mengangkat tangan ke atas. Ya dia masih positive thinking dan menganggap dirinya sebagai pemenang.
Ronde terakhir: Â Kombinasi kombo left hook dan right cross membuat Eve Dicaire memaksanya clinch dengan kasar. Saya sangat menikmati bagaimana dia bisa mengambil kesempatan dalam kesempitan untuk menghukum Dicaire. Ya kesimpulannya, Dicaire bertarung kurang menunjukkan ciri khasnya.
Mungkin saja dia tertekan karena sinar dan kepercayaan diri yang kuat dari Shields sehingga penampilannya apik ketika melawan Mikaela Lauren tidak begitu nampak.
Claressa Shields mengalahkan Marie-Eve Dicaire melalui keputusan bulat (100-90, 100-90, 100-90) untuk menjadi juara kelas menengah junior.
Mengenai transisinya ke MMA, saya rasa gaya overhand dari Shields bakal menjadi apik dan membuat para fighter bisa terjegal. Â Apalagi penggunaan gloves yang cenderung berbeda akan menambah akurasi dan damage yang tercipta ke lawan.
Menurut saya, jika Shields bertransisi ke MMA dengan mengandalkan counterpunch dan boxing stylenya, maka jalannya pertandingan itu malah lebih membosankan.
Hal ini dikarenakan MMA (Mix Martial Arts) adalah sebuah seni bertarung yang menitikberatkan pada teknik dan akurasi kuncian. Variasi pukulan, serangan dan strategi jauh lebih banyak digunakan dibandingkan dengan boxing yang notabene hanya mengandalkan satu gaya yaitu menggunakan tangan sebagai senjata utama.
Saya adalah penggemar berat dari Shields tetapi kalau untuk transisi ke MMA, saya sangat amat ragu dia bisa bersinar dengan baik dan mengungguli para grappler fighter yang notabene memiliki jam terbang lebih banyak dan makan asam garam dibandingkan gadis dari Flint ini. Sejarah mengatakan seorang boxer yang transisi MMA jauh lebih sulit beradaptasi dan berkembang ketimbang Muaythai Boxer atau Pegulat, pejudo sekalipun.
Salah satunya adalah Holly Holm, petarung yang sukses membuat dunia terkejut lewat tendangan spektakulernya menghempaskan Ronda Rousey di tahun 2015 saja hanya bertahan sebentar dalam mempertahankan gelar juara dunianya.