Katafrak, istilah yang mungkin jarang dikenal banyak orang, ada yang menyebutkan bahwa istilah berkaitan dengan penamaan jenis kavaleri berkuda yang berzirah baja sebelum abad pertengahan. Penamaan Katafrak ini berasal konon berasal dari bahasa Yunani, meskipun yang mengenalkan pertama kali bukanlah mereka.
Menurut beberapa sumber, Katafrak ini pertama dikenal dunia barat, pada saat pasukan Roma berhasil dihancurkan oleh Parthia dalam pertempuran Carhae. Saat itu diperkirakan jumlah pasukan Roma hampir tiga kali lipatnya pasukan Parthia, namun nyatanya dapat dihancurkan.
Sedikit informasi mengenai Parthia, kekaisaran ini merupakan kompetitor terkuat imperium Roma, karena dari sekian bangsa yang pernah ditemui Roma, hanya Parthia yang sepadan, baik dari segi tingkat kebudayaannya, maupun kapasitas militernya.
Akibat dari pertempuran Carhae ini, dampaknya selain sangat merugikan Roma karena kehilangan banyak pasukan, yang kedua membatasi penaklukan mereka ke timur, dan yang tidak kalah penting adalah diadopsinya penggunaan Katafrak dalam kesatuan militer Roma kedepannya.
Selama ini militer imperium Roma terkenal dengan pasukan infanteri beratnya yang bernama Legiun, mereka memang sangat efektif dipakai dalam mengantisipasi serangan infanteri lainnya, terutama yang berasal dari bangsa-bangsa barbar dari Eropa, formasi ini kelihatannya lahir karena bangsa Roma itu lahir, tumbuh, dan berkembang di Eropa, yang tradisinya militernya lebih kuat pada pasukan pejalan kaki, seperti yang ditunjukkan pada bangsa Galia dan Germanik, walaupun kedua bangsa ini juga terkadang menggunakan pasukan berkuda dan kereta perang berkuda, namun mayoritas pasukannya adalah pejalan kaki.
Saking legendarisnya formasi Testudo atau makna harfiahnya berarti kura-kura yang sering dipakai pasukan Legiun, menjadikan formasi Testudo itu masih diadaptasi oleh para polisi modern lagi saat ini dalam menjinakkan para pendemo. Â Â Â Â
Formasi Testudonya Legiun Roma memang pamungkas, termasuk saat yang dihadapi adalah pasukan kavaleri ringan yang bersenjatakan tombak atau lembing. Namun permasalahan pelik akan dihadapi saat mereka bertemu kavaleri berat dan kavaleri pemanah.
Berbeda halnya dengan formasi Phalanx dari Yunani yang mungkin lebih cocok menetralisir pasukan kavaleri berat, yang terbukti saat beberapa pertempuran orang Yunani dan suksesornya orang Macedonia dalam mengatasi kavaleri imperiuam Akhemaniyah, Persia. Di mana justru formasi Phalanx ini selanjutnya tidak berkutik melawan formasi Testudonya Legiun Roma, jadinya penangkal kavaleri berat malah kalah dengan penangkal infanteri, yang kemudian penangkal infanteri itu menjadi tidak bisa berbuat banyak menghadapi kavaleri berat.
Kembali ke Katafrak, seolah-olah evolusi persenjataan itu berbalik lagi, dengan dikalahkannya formasi Testudo, orang Roma dan diikuti orang Eropa lainnya tertarik untuk menambahkan kavaleri berat pada pasukan mereka. Roma dan Byazantium, menjadi pionir awal pemanfaatan kavaleri berat Katafrak di Eropa.
Sayangnya karena penulisan sejarah, termasuk sejarah militer itu lebih banyak dilakukan oleh orang Eropa, maka seolah-olah orang non-Eropa itu tidak pernah punya inovasi militer. Padahal kemungkinan besar peradaban-peradaban tua di Asia itu bisa jadi sudah sejak awal memiliki kemampuan militer mumpuni, hingga tidak lama kemudian dicopy oleh orang Eropa, seperti yang terjadi pada formasi Phalanx, yang awalnya bukan berasal dari Eropa, melainkan jauh sebelumnya sudah diterapkan oleh orang-orang Sumeria.
Ada sumber yang menyatakan jika Katafrak itu mempunyai banyak variasi, tapi yang fenomenal adalah pemakaian tombak yang sangat panjang dengan dua tangan, yang lalu buat mengendalikan kudanya, lebih mengandalkan kaki mereka. Keadaan yang lebih sulit daripada penggunaan tombak atau lembing kavaleri berkuda berat Eropa, yang membawanya dengan satu tangan tapi sekaligus dijepit pada ketiaknya, di satu sisi kemampuan tersebut tidak membutuhkan skill berkuda yang piawai, namun kekurangannya mereka jadi lebih kaku dalam memainkan tombak atau lembingnya.
Eropa mengadopsi Katafrak, tapi tradisi berkuda mereka tidaklah sehebat orang Asia, sehingga terdapat modifikasi seperti yang disebutkan di atas, untuk menutupi kelemahan orang Eropa dalam mengendalikan kuda, mereka jadinya menambahkan lebih banyak zirah pada pengendara dan kudanya, karena taktik yang dipakai adalah menubrukkan diri langsung ke barisan lawan. Sebaliknya Katafrak ala Asia, mungkin karena merasa tidak memerlukan zirah yang tebal, justru lama-kelamaan yang ditingkatkan adalah skill berkuda dan memainkan tombaknya, sedangkan zirahnya dipakai seadanya saja, bahkan kadang semakin tipis.
Tapi ada yang unik dari taktik yang digunakan Katafrak Parthia saat menghancurkan formasi Testudo Legiun Roma, pasukan Katafrak ini tidak sejak awal memperlihatkan dirinya mengenakan zirah lengkap, tapi di atas zirah mereka itu dilapisi baju bulu binatang, seperti kamuflase, seolah-olah dari kejauhan pasukan ini tidak mengenakan zirah sama sekali, sehingga menurunkan kewaspadaan Legiun Roma.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H