Mohon tunggu...
Asita Suryanto
Asita Suryanto Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Traveler

Koresponden Kompas di Jatim (1983-1986) Wartawan Tabloid Nova (1986- 1989) Peneliti Litbang Kompas (1990-2002) Penulis buku travel (2010-sekarang)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyusuri Jejak Masjid Tua Wapauwe di Maluku Tengah

16 Desember 2024   18:52 Diperbarui: 16 Desember 2024   19:49 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepanjang perjalanan, orang yang hendak menuju Masjid Wapauwe bisa menikmati pemandangan alam pegunungan, dengan sisi jalan yang kadang-kadang memperlihatkan jurang, tebing, atau hamparan tanaman cengkih dan pala hijau menyejukkan mata.

Pada ruas jalan menuju masjid, saya disuguhi panorama pesisir pantai utara Pulau Ambon yang indah dengan hamparan pohon kelapa dan bakau. Dari situ juga dapat melihat dengan jelas Selat Seram dengan lautnya yang tenang. Pemandangan sepanjang jalan begitu indah di sepanjang jalan mendekati Masjid Wapauwe, saya disuguhi pemandangan pantai lengkap dengan alat penangkap ikan  dari nelayan di sepanjang Selat Seram.

Tiang masjid dibuat dari kayu pohon sagu tanpa paku (dok foto: Asita)
Tiang masjid dibuat dari kayu pohon sagu tanpa paku (dok foto: Asita)

Masjid Wapauwe terletak di Desa Kaitetu, Kabupaten Maluku Tengah. Masjid yang diperkirakan tertua di Maluku ini menyimpan banyak keunikan. Sejarah Masjid Wapauwe Masjid Wapauwe dibangun pada tahun 1414 merupakan saksi sejarah penyebaran agama Islam di Maluku.

Pada tahun 1646, Belanda berhasil menguasai Tanah Hitu usai perang Wawane dan Perang Kapaha. Kebijakan politik Belanda meminta masyarakat yang tinggal di gunung untuk turun ke pesisir untuk memudahkan pengawasan. Dengan aturan tersebut, Masjid Wapauwe ikut pindah lokasi ke Kaitetu atau lokasi saat ini. Pemindahan masjid termasuk lima negeri yang terjadi pada tahun 1664 itu dikenal sebagai tahun berdirinya Negeri Kaitetu.

Masjid Wapauwe terletak di daerah peninggalan sejarah sekitar 150 meter dari masjid ke arah utara tepatnya di tepi jala raya, ada gereja tua yang merupakan peninggalan Portugis dan Belanda yang hancur karena konflik agama di Ambon tahun 1999 lalu.

Di dalam masjid juga menyimpan timbangan zakat fitrah yang terbuat dari kayu dengan pemberat dari kerang laut. Timbangan tersebut dilengkapi dengan anak timbangan seberat 2,5 kilogram yang terbuat dari campuran batu dan kapur. Di masa lampau, satu anak timbangan sama dengan satu zakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun