Malam pertama kami mabit dulu untuk mengambil kerikil dan kemudian menuju padang Arafah. Setelah masuk hari raya Idul adha kami menginap di tenda. SElama menginap di tenda kami melantunkan ayat-ayat Al Quran dan terus berzikir di tenda-tenda yang disediakan sambil terus berdoa menunggu saat malam berganti.
Baru esok harinya kami melakukan jumroh sebanyak tiga kali di tugu tempat pelemparan jumroh yang bentuknya menyerupai dinding tembok panjang.
Kami berjalan selama tiga hari berturut-turut sejauh 4 kilometer setiap hari pulang pergi. Selama melaksanakan ibadah jumroh kami berjalan melewati terowongan Mina yang cukup panjang hampir setengah kilometer itu.
Paling berkesan ketika berjalan kaki bersama Jemaah dari negara lain untuk jumroh. Saya merasakan seperti ada karnaval. Karena jemaah dari negara Timur Tengah berjalan sambil membawa sound system dengan suara keras melantunkan ayat-ayat suci Al Quran sambil berjalan bersama. Alat sound system dibawa di atas gerobak dorong didorong oleh beberapa orang berombongan. Suasana sangat sakral ketika itu, kami berjalan bersama jutaan orang ke satu arah tugu tempat pelemparan jumroh.
Setelah melaksanakan ibadah jumroh selama tiga hari, kami kembali ke Mekah untuk melaksanakan ibadah umroh.
 Alhamdulillah rangkaian ibadah haji kami di tahun 2007 berjalan lancar sampai pulang kembali ke tanah air. Kami melaksanakan tawaf wada perpisahan tepat di tanggal 31 Desember 2007. Ketika malam tahun baru 2008 kami sedang di Masjidil Haram.
Kenangan mengantar ibunda Sunarlinah pergi haji didampingi suami akan terkenang seumur hidup. Karena ibunda kami 6 bulan kemudian meninggalkan keluarga kami untuk selamanya tepat di tanggal 6 Juli 2008.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H