Mohon tunggu...
Asita Suryanto
Asita Suryanto Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Traveler

Koresponden Kompas di Jatim (1983-1986) Wartawan Tabloid Nova (1986- 1989) Peneliti Litbang Kompas (1990-2002) Penulis buku travel (2010-sekarang)

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Artikel Utama

Pengalaman Mengikuti Sholat Jumat di Masjidil Haram Mekkah

20 Maret 2024   12:23 Diperbarui: 20 Maret 2024   14:56 3593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yang datang terlambat terpaksa sholat di jalanan beraspal (dok Asita)

Alhamdulillah ketika pergi umrah di awal Ramadan saya berkesempatan mengikuti salat Jumat di Masjidil Haram Mekkah. Siapa umat Islam yang tak ingin bisa salat di Masjidil Haram? Pahalanya 100.000 x lipat dibanding salat di rumah dan masjid di Tanah Air.

Hanya sedikit orang yang beruntung, dari 1.6 Miliar umat Islam di seluruh dunia yang dapat menundukkan kepala untuk bersujud secara langsung di Baitullah, salat secara langsung di hadapan Kabah tanpa terhalang oleh apa pun.

Hari Jumat merupakan hari besar bagi umat Islam menjadikan Masjidil Haram lebih ramai dibandingkan dengan hari-hari biasanya. Penduduk lokal juga banyak mengikuti salat Jumat membuat kepadatan di dalam masjid.

Para umat Islam yang datang umrah dari segala penjuru dunia berusaha memanfaatkan waktu dapat menunaikan salat Jumat di sana.

Menunggu azan (dok Asita)
Menunggu azan (dok Asita)

Saya datang kurang 2,5 jam salat dimulai . Ketika berangkat dari hotel ke Masjidil Haram di jalan saya melihat umat Islam berduyun-duyun berjalan di arah yang sama ke arah masjid supaya mendapatkan tempat strategis.

Tak hanya laki-laki, jamaah perempuan pun, yang umumnya tidak melaksanakan salat Jumat ketika di Indonesia, tak ingin kehilangan kesempatan beribadah di sana

Shalat Jumat di Masjidil Haram dimulai pukul 12.30, ditandai dengan kumandang azan yang dilantunkan sayhdu.

Interval waktu setelah azan hingga khutbah Jumat kurang lebih 30 menit. Khatib menyampaikan khutbahnya dengan Bahasa Arab, relatif singkat, yang kemudian dilanjutkan dengan salat Jumat.

Yang datang terlambat terpaksa sholat di jalanan beraspal (dok Asita)
Yang datang terlambat terpaksa sholat di jalanan beraspal (dok Asita)

Jumat yang merupakan hari besar bagi umat Islam menjadikan Masjidil Haram lebih ramai dibandingkan dengan hari-hari biasanya.

Suara imam yang memimpin salat sangat merdu membuat saya terharu menangis ketika salat Jumat. 

Kalau di tanah air jarang sekali melihat wanita mengikuti salat Jumat di masjid.

Tetapi di Masjidil Haram banyak sekali wanita yang bergabung mengikuti Shalat. Di pelataran Kabah hanya laki-laki yang boleh salat di sana.

Sedangkan saf wanita dibatasi oleh pagar plastik di teras masjid.

Ada teman satu grup travel yang datang kurang setengah jam waktu salat, terpaksa salat di jalanan. Karena jalan masuk menuju halaman masjid sudah ditutup dan diblokade dengan palang.

Sehingga teman saya itu di tengah terik matahari terpaksa melakukan salat di aspal jalanan yang jaraknya dua kilometer dari masjid.

Umat yang terlambat datang di Masjidil Haram salat di jalan (dok Asita)
Umat yang terlambat datang di Masjidil Haram salat di jalan (dok Asita)

Saya bersyukur bisa mendapat tempat saf wanita yang bisa melihat Kabah langsung sambil duduk.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun