Mohon tunggu...
Asita Suryanto
Asita Suryanto Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Traveler

Koresponden Kompas di Jatim (1983-1986) Wartawan Tabloid Nova (1986- 1989) Peneliti Litbang Kompas (1990-2002) Penulis buku travel (2010-sekarang)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Siapa Takut Ambil Pensiun Dini, Untuk Alih Profesi

11 Agustus 2021   21:36 Diperbarui: 11 Agustus 2021   22:59 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika memutuskan pensiun dini di usia 50 tahun, dari pekerjaan staf HRD di harian Kompas-Gramedia saya memutuskan untuk alih profesi menjadi penulis buku, dan traveling ke seluruh dunia. Saya sengaja mengalokasikan 10 persen dari pesangon saya untuk dana jalan-jalan.

Tapi tentu dengan perhitungan yang matang saya sewaktu mengambil keputusan pensiun dini waktu itu anak saya dua orang sudah lulus kuliah dan anak saya yang ketiga sudah saya sisihkan tabungan untuk kuliah.Berungtung anak bungsu saya masuk Universitas Indonesia sehingga tidak perlu banyak biaya kuliahnya.

Kemudian saya membagi dana pesangon pensiun saya sebesar 50 persen untuk property, 20 persen untuk logam mulia dan 20 persen mata uang asing. Ternyata setelah berjalan 10 tahun ini saya setelah pensiun. 

Yang melonjak naik banyak nilai investasinya  adalah investasi logam mulia hampir 100 persen, property 50 persen, dan mata uang asing hanya 20 persen.

Dari pengalaman saya mengelola pesangon pensiun yang paling penting adalah memiliki dana darurat untuk Kesehatan.Meski saya telah memiliki kartu Askes karena suami adalah pegawai negeri tetapi perlu juga memiliki kartu asuransi Kesehatan.

Selain itu untuk hidup sehari-hari haruslah memiliki penghasilan rutin bulanan.Karena saya pegawai swasta yang memiliki dana rutin pensiun bulanan dan suami juga pensiunan PNS yang pasti ada pensiun untuk hari tua sehingga untuk kehidupan sehari-hari saya rasa sudah cukup hanya untuk keperluan makan, kesehatan, bayar rekening rutin rumah tangga seperti listrik, pulsa telepon dan langganan internet serta bersedekah jangan dilupakan.

Traveling ke San Fransisco/dok pribadi               
        googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-ad-712092287234656005-412');});
Traveling ke San Fransisco/dok pribadi googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-ad-712092287234656005-412');});

Banyak orang dan teman yang heran saya kok  masih bisa traveling di hari tua . Ketika sudah pensiun dan tidak mendapat gaji lagi.Hal ini karena saya punya penghasilan pasif income dari kontrakan rumah setiap tahunnya saya alokasikan untuk dana darurat dan traveling.

Ternyata saya bisa menikmati pensiun dengan menulis dua buku traveling yang berjudul "Menyambut Pagi di Bromo, melepas penat di raja Ampat" dan buku berjudul "Saya Jatuh Cinta di Flores,". Meski kedua buku tersebut tidak pernah mencapai best seller, setidaknya ada kebahagiaan tersendiri kepada saya melihat buku saya dipajang di Toko Buku Gramedia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun