Mohon tunggu...
Asita Suryanto
Asita Suryanto Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Traveler

Koresponden Kompas di Jatim (1983-1986) Wartawan Tabloid Nova (1986- 1989) Peneliti Litbang Kompas (1990-2002) Penulis buku travel (2010-sekarang)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Transportasi Mahal Serta Tiadanya Air Bersih Jadi Kendala Hidup di Asmat

5 Februari 2018   19:53 Diperbarui: 6 Februari 2018   11:35 2312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Motor listrik yang juga ojek di Agats (Dokumentasi Gigin)

Berkat pemberitaan di Harian Kompas sejak awal Januari lalu sekarang banyak bantuan makanan dan kesehatan datang ke Kabupaten Asmat, Papua. Dana Kemanusiaan Kompas (DKK) juga menyerahkan bantuan bagi korban wabah campak di Distrik Agats, Kabupaten Asmat, Papua. 

Bagaimana cerita kehidupan di Asmat, penulis berhasil menghubungi staf Dana Kemanusiaan Kompas (DKK), karyawan harian Kompas Jakarta yaitu  Suyanto dan Gigin Sugiyanto yang sedang berdinas di Asmat.

Bantuan dari Dinas Kemanusiaan Kompas berupa makanan dan obat-obatan  telah dikirim dengan pesawat khusus. Diberitakan Kompas, sekitar 70 anak meninggal di Kabupaten Asmat akibat campak dan gizi buruk. Tetapi sekarang ini anak-anak yang dirawat di RSUD Agats sudah jauh berkurang dan banyak tenaga medis sudah berdatangan dari Jawa.

Suasana pasien sakit di RSUD Agats (Dokumentasi Gigin)
Suasana pasien sakit di RSUD Agats (Dokumentasi Gigin)
Suyanto staf dari Dinas Kemanusiaan Kompas yang sedang berada di Agats yang dihubungi penulis melalui telepon, mengatakan sekarang ini DKK sedang konsentrasi membuat instalasi air bersih. Karena selama ini penduduk Agats minum dari tadah hujan termasuk para tamu yang datang tidur di hotel harus mandi dan cuci dari penampungan air hujan. Kalau minum air mineral beli dengan harga Rp 10.000 per botol kecil. Penduduk Asmat asli bila tidak ada hujan dan penampungan air habis, minum air terpaksa ambil dari sungai yang kotor.

Penampungan air hujan di salah satu hotel di Agats (Dokumentasi Gigin)
Penampungan air hujan di salah satu hotel di Agats (Dokumentasi Gigin)
Juga kendala yang terbesar untuk penyerahan bantuan adalah masalah transportasi yang mahal. Karena antar kecamatan di Kabupaten Asmat jalur yang dipakai harus melalui  sungai dan laut maka transportasi yang dipakai hanya perahu atau kapal speed boat. Sekali sewa speed boat bisa sekitar Rp 1,2 juta atau kalau per kepala untuk jarak antar kecamatan dikenakan Rp 100.000. Karena harga solar non subsidi disini Rp 20.000 per liter.

Transportasi dari Jakarta menuju Kabupaten Asmat melalui bandara Timika dengan harga tiket sekitar Rp 2 juta dilanjutkan dari Timika ke Bandara Ewer dengan pesawat kecil sekitar Rp 1,5 juta dan lanjut ke Agats dengan kapal speed boat Rp 100 .000 per kepala jadi butuh biaya Rp 3,6 juta sekali jalan. Jadi dari Jakarta hanya untuk transpor diperlukan dana sekitar Rp 7,2 juta pergi-pulang untuk mencapai Agats ibukota Kabupaten Asmat.

Rumah Sakit Umum Agats dari luar (Dokumentasi Gigin)
Rumah Sakit Umum Agats dari luar (Dokumentasi Gigin)
Tapi di Agats juga tersedia ATM dari Bank BRI dan Bank Papua. Juga ada tiga hotel dan banyak warung makan yang berjualan dari Jawa. Harga makanan nasi dan lauk ikan mulai Rp 20.000 sampai Rp 50.000.

video suasana distrik agats di kab asmat papua (dok gigin)

Listrik di Agats sangat tergantung dengan solar dan di san juga tidak ada pompa bensin. Sehingga transpor yang ada menggunakan motor listrik. Ambulans pun memakai kendaraan golf yang dimodifikasi untuk mengangkut pasien yang sakit dengan tenaga listrik. Transportasi umum hanya motor listrik antar rumah penduduk yang  dipakai untuk ojek juga. Mobil tidak ada di Asmat karena jalan yang ada hanya  jembatan kayu tidak ada jalan tanah atau aspal. Semua bangunan rumah di sana berbentuk rumah panggung. Jadi jalan, rumah, dan semua bangunan di Asmat terbuat dari panggung kayu karena berdiri di atas air sungai dan laut.

Motor listrik yang juga ojek di Agats (Dokumentasi Gigin)
Motor listrik yang juga ojek di Agats (Dokumentasi Gigin)
Menurut Gigin, untuk bantuan tahap pertama dari Dana Kemanusiaan Kompas tanggal  19 Januari lalu,  telah dikirim bantuan  menggunakan Air Fast milik Freeport dan sewa pesawat twin otter  seharga Rp 74 juta untuk kedua kali angkut dari Bandara Timika ke Bandara Ewer, Kabupaten Asmat. 

Dari Bandara Ewer diangkut menggunakan truk ke Pelabuhan Ewer yang jaraknya kurang lebih 200 meter. Kemudian perjalanan dilanjutkan kapal speed boat ke Distrik Agats, Asmat. Bantuan yang dikirim seberat 2,5 ton berupa makanan bayi, vitamin, biskuit bayi, susu, air mineral, selimut, karpet alas tidur.

transportasi air pelabuhan di agats (Dokumentasi Gigin)
transportasi air pelabuhan di agats (Dokumentasi Gigin)
Bagi pekerja sosial dan wartawan  yang sedang bekerja di Kabupaten Asmat juga harus hati-hati dengan penyakit malaria. Karena sekarang ini wartawan foto Kompas, Wisnu Widiantoro yang mengambil foto-foto anak Asmat  pertama diberitakan Kompas sedang dirawat di rumah sakit karena penyakit malaria. Medan Kabupaten Asmat memang berat selain masalah mahal transportasi lewat udara, laut  dan tiadanya air bersih  juga endemi malaria. 

Semoga pekerja sosial yang berdinas di Asmat selalu sehat terutama doa untuk teman saya Suyanto dan Gigin dari Dinas Kemanusiaan Kompas supaya selalu sehat dan bebas dari semua penyakit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun