Mohon tunggu...
Asita Suryanto
Asita Suryanto Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Traveler

Koresponden Kompas di Jatim (1983-1986) Wartawan Tabloid Nova (1986- 1989) Peneliti Litbang Kompas (1990-2002) Penulis buku travel (2010-sekarang)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Chiang Mai Kota Seribu Kuil

13 Desember 2014   05:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:24 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Chiang Mai merupakan salah satu kota tujuan wisata di Thailand, bisa dinimati dengan berjalan kaki. Sepanjang jalan akan ditemukan kuil-kuil yang berdekatan. Chiang Mai adalah kota di Thailand yang paling banyak memiliki kuil Buddha. Hampir di setiap sudut kota ini, ditemukan tempat peribadatan umat Buddha tersebut.

[caption id="attachment_382255" align="alignnone" width="640" caption="kuil yang paling terkenal di chiangmai"][/caption]

Ada lebih dari 300 kuil di Chiang Mai dan sekitarnya, dengan selusin arsitektur dengan jarak berdekatan di dalam kotanya. Kuil Buddha di Chiang Mai menunjukkan campuran gaya arsitek campuran Burma, Sri Lanka dan Thailand yang mencerminkan warisan bervariasi dari Thailand Utara.
Chiang Mai juga kota untuk pejalan kaki. Hampir sebagian besar wisatawan di sana menikmati keindahan pusat kota dengan berjalan kaki. Kota yang sepi tanpa polusi, sangat cocok untuk wisata keluarga menyusuri jalan-jalan dengan santai. Tidak ada hiruk pikuk kemacetan lalu lintas sebagaimana kota Bangkok. Selain itu, Chiang Mai terkenal dengan julukan kota mawar yang dikelilingi pegunungan berhawa sejuk, nyaman dan merupakan satu tujuan wisata paling menarik di Thailand bagian utara.

[caption id="attachment_382256" align="alignnone" width="640" caption="kuil dengan banyak kepala singa"]

14183973761137141556
14183973761137141556
[/caption]

Chiang Mai adalah kawasan kota tua yang dikelilingi tembok berwarna merah bata. Kalau diamati, pusat kota Chiang Mai adalah Wat Chedi Luang, yakni sebuah kompleks kuil Buddha yang bisa diibaratkan sebagai nol kilometernya Chiang Mai. Kota Chiang Mai ternyata bersumbu di sebuah kuil Buddha. Ini menunjukkan bahwa agama Buddha sudah menjadi bagian yang lekat dengan kehidupan masyarakat Chiang Mai sejak berabad-abad lalu.Tidak heran di kota yang tentram ini banyak dijumpai para biksu yang sedang memperdalam agamanya.

Pagoda utama di kompleks Wat Chedi Luang memiliki ketinggian 86 meter, pernah menjadi bangunan tertinggi di Chiang Mai selama lebih dari 500 tahun. Akibat gempa bumi, pagoda ini sempat runtuh namun sekarang sudah direstorasi. Wat Chedi Luangini awalnya dibangun pada tahun 1401 atas perintah Raja Saeng Muang Ma.

[caption id="attachment_382257" align="alignnone" width="640" caption="banyak tulisan pesan2 kehidupan dari para biksu tertempel di pohon2 sekitar kuil"]

14183974601819172289
14183974601819172289
[/caption]

Tidak jauh dari Wat Chedi Luang, terdapat kompleks kuil lain yang tak kalah menarik. Kuil atau vihara itu disebut Wat Pan Thao. Berbeda dengan kuil-kuil lain yang biasanya didominasi warna emas, bangunan Wat Pan Thao terbuat dari kayu jati yang menampakkan warna aslinya. Bagian dalam kuil ini dihiasi dengan patung-patung Buddha serta sejumlah barang-barang keramik kuno.
Kuil lain di tengah kota tua Chiangmai yang sempat saya singgahi adalah Wat Prasingh di Singharat Road, dan merupakan salah satu kuil yang sangat terbuka bagi wisatawan. Wisatawan bisa menikmati kemegahan dekorasi kuil, menyaksikan para biksu menjalani ritual berdoa dan makan bersama. Di kuil yang dibangun pada 1345 tersebut terdapat patung Buddha besar yang menjadi daya tarik utama sebagai tempat berdoa bagi umat Buddha. Disini para biksu menerima wisatawan untuk berkonsultasi mulai masalah spiritual, psikologi, sampai yang terkait dengan budaya Thailand secara gratis.

Chiang Mai terletak sekitar 700 kilometer di utara kota Bangkok. Setiap hari ada pilihan kereta api yang melayani jurusan ke Chiang Mai dari stasiun Hualamphong, Bangkok. Selain itu, bus malam antar kota yang melayani trayek ke Chiang Mai hanya dengan ongkos 400 Baht. Kalau ingin menggunakan pesawat terbang hanya satu jam dari Bangkok. Saya mencoba naik bus malam memakan waktu 10 jam perjalanan.
Riwayat Chiang Mai bermula lebih dari 700 tahun lalu, ketika Raja Mengrai mendirikan kota ini pada tahun 1296 sebagai ibukota kerajaan Lanna. Wilayah kota tua Chiang Mai dikelilingi oleh tembok tinggi dan kanal-kanal. Saat ini hanya sebagian kecil saja tembok itu yang masih utuh. Wilayah kota tua yang berada di dalam tembok ini menyimpan pesona paling unik yang dimiliki Chiang Mai.
Belum ke Chiang Mai namanya kalau Anda tidak mengunjungi Wat Doi Suthep, yakni kompleks kuil yang terletak di perbukitan, sekitar 15 kilometer dari pusat kota Chiang Mai. Konon, kuil ini menyimpan relik suci berupa tulang Sang Buddha. Wat Doi Suthep ini dianggap sangat suci oleh umat Buddha. Peziarah yang datang tidak hanya dari Thailand, tetapi juga dari negara-negara tetangga seperti Burma dan Laos.

[caption id="attachment_382258" align="alignnone" width="640" caption="di dalam gedung ini ada big buddha"]

14183975251508169878
14183975251508169878
[/caption]

Meskipun masih aktif digunakan sebagai tempat berdoa, Wat Doi Suthep terbuka untuk umum. Bukan hanya untuk penganut Buddha saja. Kuil di lereng Pegunungan Doi Suthep itu merupakan salah satu kuil terindah dan paling ramai dikunjungi wisatawan. Karena letaknya di pegunungan, saat cuaca cerah orang bisa melihat kota Chiang Mai dari ketinggian.
Kuil adalah tempat suci agama Buddha yang memiliki nilai budaya yang mendalam bagi penduduk setempat. Disarankan melakukan traveling di Chiang Mai yang merupakan kota kuil harus menunjukan rasa hormat dengan mengenakan pakaian yang sopan yaitu celana panjang untuk laki-laki dan rok panjang bagi perempuan dengan baju atasan yang sopan menutup dada.
Karena kuil-kuil dan bangunan di Chiang Mai sebagian besar adalah pusat pendidikan biksu agama Buddha, anda harus melepas sepatu sebelum memasukinya. Tidak ada masalah untuk menggambil foto gambar Buddha atau biksu dan pendudkuk setempat yang sedang berdoa, asalkan dilakukan dengan sopan dan minta izin terlebih dahulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun