Tidak terasa kita sampai pada tahun 2022. Saatnya kita mulai mereview target yang telah kita buat. Apakah sudah tercaapai semua? Apa ada yang belum selesai? Mungkin semua target di tahun 2021 akan mempengaruhi bagaimana kita bisa merencanakan resolusi di tahun 2022. Mungkin ada di antara kita yang menuliskan target yang sama karena belum tercapai di 2021 atau ada hal yang baru sesuai dengan targetan kita.
Target yang dituliskan mungkin tentang pendidikan, karir, jodoh, body goals, dan lainnya. Â Tapi sedikit sekali diantara kita yang memiliki targetan tentang kesehatan mental. Isu kesehatan mental di negara ini yang mulai dilirik semoga juga semakin membuat masyarakat sadar bahwa kesehatan mental juga bagian dari kesehatan yang perlu diupayakan. Â
Kita sadari tahun 2021 bukan hal yang mudah untuk sebagian besar manusia di dunia. Ada banyak peristiwa yang menguji ketahananan mental kita. Baik dari rasa tidak berdaya, kesedihan, rasa kehilangan, insecurity dan masih banyak lainnya yang terjadi. Berbagai kondisi di atas menjadikan kita banyak belajar bahwa kita perlu memiliki goals untuk kesehatan mental kita agar menjadi lebih baik.
Memulai dengan refleksi diri. Sudah sejauh mana sih kita memperhatikan diri dengan seabrek kesibukan dalam diri. Padahal jika terjadi apa-apa dengan diri kita, kita sendiri yang kerepotan. Maka kesehatan mental perlu menjadi bagian dari yang kita perlu atur dengan baik agar tidak menganggu kesehatan fisik kita juga.
Sebenarnya apa sih kesehatan mental. Kesehatan mental adalah kondisi dimana perasaan dalam keadaan tentram dan tenang. Kesehatan mental juga berdampak pada pemaham diri untuk mengoptimalkan potensi secara lebih baik sehingga jauh lebih bisa beradaptasi dengan tantangan dan berinteraksi dengan baik di lingkungan sosialnya.Â
Memang ya jika kita benar-benar memperhatikan kesehatan mental akan sangat luar biasa untuk diri kita sendiri. Setidaknya kita bisa mencoba untuk melakukan kebaikan untuk kesehatan mental kita.
Banyak hal dengan bisa kita lakukan untuk membantu kesehatan mental kita agar jauh lebih baik. Yang pertama yang bisa kita lakukan adalah belajar memahami diri sendiri. Banyak di antara kita yang justru lebih bisa memahami orang lain namun jadi tidak mengerti dalam memahami diri sendiri.Â
Pekerjaan memehami diri sendiri ini memang akan mengambil banyak energi dan bisa jadi akan membutuhkan waktu. Tapi it's okay karena perjalanan menemukan diri memang butuh usaha lebih.Â
Berikunya kita belajar untuk menerima diri dan keadaan. Penerimaan ini bukan pemaksaan ya guys.. Jadi belajar diskusi dengan diri sendiri untuk deal dengan hal yang cukup sulit membuat kita tidak nyaman. Kita bisa ajak diskusi diri kita untuk mengambil berbagai presektif.Â
Menyadarkan diri bahwa banyak di dunia yang tidak berjalan sesuai keinginan kita karena semua yang terjadi adalah bagian dari yang kita butuhkan meski masih tidak kita sukai. Terima bahwa ini adalah ketentuan yang akan membuamu belajar. Terima bahwa ini hanya membuatmu lebih bijaksana dalam mengambil keputusan di masa mendatang.Â
 Berani menjadi pemaaf untuk diri sendiri. Memaafkan ada tiga dimensi yaitu memaafkan diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Hal yang paling dekat namun seringkali tidak mudah adalah memaafkan diri sendiri.Â
Memaafkan diri yang tidak sempurna. Memaafkan diri yang sering menjadi sumber dari rasa kecewa. Memaafkan jika belum bisa banyak memperjuangkan hak-hak dalam diri. Memaafkan diri juga bisa jadi next level setelah kita menerima lebih dan kurangnnya diri.Â
Ucapan terimakasih kepada diri sendiri. Kapan terakhir kali mengucapkan terimakasih pada diri sendiri? Oh bukan-bukan.. sepertinya pertanyaanya perlu diganti..Â
Sudah pernahkah kita mengatakan terimakasih untuk diri sendiri? Apa? Belum pernah? Apa? Sudah lupa kapan terakhir kali mengucapkan terimakasih? Ya sudah yuk di kesempatan baru ini bersama kita mengatakan terimakasih pada diri yang sudah berupaya untuk kuat setiap harinya.Â
Terimakasih karena tidak menyerah walaupun dalam kondisi sulit. Kamu hebat lho bisa melakukan ini semua. Jangan lupa juga berterimakasih pada Sang Pencipta karena kita semua yakin hadirnya kekuatan dari diri kita juga bagian dari anugerah yang diberikanNya.
Belajar mengelola pikiran-pikiran yang tidak perlu. Apa sih pikiran yang tidak perlu? Pikiran yang tidak perlu bisa kita sebut dengan negative thinking, overthingking dan unnecessary thinking lainnya. Kita coba pelan-pelan mengurai pikiran yang mengganggu kesehatan mental kita.Â
Pertama kita perlu menyadari bahwa pikiran ini tidak perlu untuk kita rawat terlalu lama tapi kita sadari bahwa senyatanya pikiran ini ada. Banyak kesalahan yang kita lakukan dalam mengelola pikiran yang tidak perlu adalah menekan, menolak atau mengabaikan perasaan ini. Â Padahal semakin tidak disadari pikiran tidak nyaman ini semakin menguat tumbuh di dalam diri. Jadi sadari dan kelola dengan bijaksana.
Kita yang sudah bisa menyadari waktunya untuk berdiskusi. Mau sampai kapan pikiran ini dirawat? Memangnya tidak capek merasakan hal serupa? Ajak untuk pelan-perlan berprogres mencari alternatif pikiran yang lebih bisa diterima diri.
 Lalu berikan afirmasi positif pada diri. Afirmasi bisa berupa kata-kata penyemangat. Aku jauh lebih kuat dari sebelumnya. Aku cukup baik untuk menyelesaikan ini semua. Aku berharga dan aku layak memaafkan diriku.
Itu tadi yang bisa kita upayakan dan bisa jadi masuk resolusi 2022 untuk menjadikan kita yang lebih sehat secara mental. Menjadikan diri kita yang jauh lebih kuat dan tentunya menjadikan diri kita semakin bermanfaat untuk banyak orang. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H