Mohon tunggu...
Chairunnisa Ilmi
Chairunnisa Ilmi Mohon Tunggu... Freelancer - An Ambivert

Mahasiswa jurusan Antropologi Budaya di ISBI Bandung

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Akankah Masyarakat Memahami Penderitaan Korban Pelecehan Seksual?

20 Juni 2021   18:43 Diperbarui: 20 Juni 2021   18:50 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi news.detik.com

Aku tidak paham. Apakah masyarakat kita memang bodoh atau hanya pura-pura tidak mengerti saja? 

Atau justru pelecehan seksual adalah hal lumrah yang terlalu sering terjadi sehingga masyarakat hanya bisa mengeluh sambil lalu seolah mengamini perbuatan pelaku?

Tidakkah mereka bisa memahami apa yang dirasakan seseorang ketika tiba-tiba tubuhnya disentuh atau diraba secara paksa oleh pelaku?

 Tidakkah mereka mengerti seberapa benci korban pada pengalaman sentuhan atas pelecehan non-verbal yang dilakukan pelaku?

 Apakah mereka bisa mengerti bagaimana rasa jijik dan marah setiap ingat kejadian tersebut?

 Tidakkah mereka mengerti betapa bencinya korban setiap mengingat wajah pelaku? 

Bahkan tidak hanya itu, dampak psikis yang hebat membuat banyak korban pelecehan seksual mengalami mental illness hingga depresi.

Beberapa orang yang dipercaya untuk mendengarkan pengalaman penyintas dilecehkan nyatanya malah cenderung menyalahkan korban meski awalnya mereka bersimpati. Namun tidakkah mereka mengerti bahwa hal semacam ini turut menimbulkan guncangan psikis yang fatal bagi korban?

Mereka malah cenderung menyalahkan pakaian yang dipakai korban, keadaan, dan terkadang malah menjadikan hal ini sebagai candaan di kemudian hari!

Pantas saja banyak dari korban pelecehan maupun kekerasan seksual memilih diam dari pada berusaha mendapatkan dukungan karena malah balik di cerca. Meski begitu, angka pelecehan seksual terus meningkat tiap tahunnya. Apa kabar bisa semua penyintas melapor?

Namun, untuk kalian yang telah bersimpati penuh, minimal dengan tidak menyalahkan korban : terimakasih. Setidaknya kebaikan kalian telah memperbaiki kondisi psikis korban.

Dari tim pengada survey yang dilakukan koalisi sejumlah LSM pada 62.000 warga Indonesia, mengungkapkan bahwa pelecehan seksual tidak hanya terjadi di malam hari dengan baju terbuka saja. Bahkan yang lebih mengejutkannya lagi adalah mereka menemukan survey bahwa mayoritas korban pelecehan di ruang  publik tidak mengenakan baju terbuka, melainkan memakai celana atu rok panjang (18%), hijab (17%), dan baju lengan panjang (16%).

Hasil survey pun menunjukan waktu korban mengalam pelecehan mayoritas terjadi pada siang hari(35%) dan sore hari (25%).

Hal ini mampu menjawab mitos di tengah masyarakat yang cenderung menyalahkan korban atas keadan korban. Padahal yang terjadi adalah seberapa tertutup pakaian korban, seberapa anggun (tidak mengundang nafsu)nya korban, bila disana ada predator pelecehan, maka musibah ini akan terjadi.

Seharusnya, yang dilakukan orng-orang apabila menerima aduan tentang pelecehan seksual baik itu dari korbannya langsung ataupun dari orang lain, ia bersimpati dan membantu masa pemulihan korban. Menjadi korban atas musibah pelecehan seksual bukanlah hal yang mudah, ada banyak trauma yang terus diingatnya. Hal yang bisa dilakukan orang terdekat dari pihak korban adalah mendengarkan cerita korban tanpa sedikit pun menyalahkan korban. Ingatlah selalu bahwa tidak ada orang yang meminta untuk dilecehkan. Dengan menyalahkan korban, kamu hanya mendukung aksi kejahatan seksual yang dilakukan oleh pelaku.

Selain mendengarkan, biasanya korban mengalami traumatic seperti rasa takut terjadi lagi atau rasa takut ketika mengingat bayang-bayang pelaku. Oleh karena itu, berikan ia bantuan yang dibutuhkan korban, misalnya tempat beristirahat dan tempat berlindung.  Berikan sikap yng menunjukan empati terhadap korban.

Bantu ia mengumpulkan bukti untuk laporan ke penegak hokum. Misalnya memfoto luka, pesan teks yang diberikan pelaku, atau bukti lainnya.

Jangan lupa untuk menjaga privasi korban. Setelah itu, bantu ia mendapatkan pemulihan dan dukungan. Bila cukup memungkinkan, ajukan pengaduan ke Komnas Perempuan untuk diberikan arahan atas kondisi psikis maupun fisik korban. Dengan melakukan pengaduan pun pelaku akan diberikan hukuman yang setimpal atas apa yang tela ia perbuat.

Sesbenarnya, pelecehan seksual kepada perempuan berakar dari diskriminasi terhadap perempuan.

Diskriminasi ini menyebabkan perempuan dalam posisi subordinat dan menjadi objek seksual.

Selain itu, posisi perempuan sebagai simbol moralitas di dalam masyarakat patriarkis juga digunakan untuk melemahkan korban.

Masyarakat cenderung menyalahkan korban (perempuan atas dasar latar belakang, gerak gerik, cara busana, dan lingkungan pergaulannya sebagai alasan pembenaran tindak pelecehan seksual.

Untuk mengedukasi masyarat tentang tindak pelecehan perempuan dalam ruang lingkup kesetaraan gender, telah banyak platform yang mengedukasi. Dari mulai lingkup media sosial, acara komunitas perempuan, hingga blog dengan bacaan yang segar di internet.

Adapun akun media sosial yang mengedukasi masyarakat tentang perlawanan terhadap patrirkis diantaranya adalah @empuanid, @perempuan.merdeka, dan @indonesiafeminis. Setiap postingan mereka mengangkat isu-isu perempuan untuk melawan ketidakadilan gender dan membangkitkan perempuan agar berdaya di tengah-tengah permasalahan ketimpangan gender. Konten disajikan secara kreatif agar menarik untuk dibaca masyarakta luas. 

Ilustrasi aksi Woman Support Woman (DOKPRI)
Ilustrasi aksi Woman Support Woman (DOKPRI)
Di media tersebut, kawan-kawan perempuan terutama penyintas tindak pelecehan dan kekerasan seksual akan merasa lebih tentram karena menemukan orang-orang yang mengerti dan paham dengan apa yang mereka alami. Banyak penyintas telah berani speak-up dan menginspirasi orang lain untuk berdaya. Hal ini akan sangat baik untuk mereka yang baru saja atau telah mengalami tindak pelecehan seksual.

Sudah seharusnya masyarakat kita sadar bahwa hal-hal mengerikan yagn terjadi atas ketimpangan gender ini mudah sekali menimpa kita atau orang-orang terdekat kita.  Yang bisa kita lakukan adalah mengedukasi sebaik mungkin dan menjaga orang-orang terdekat kita agar bisa menghindari atau bangkit dari permasalahan ketimpangan gender, khususnya pelecehan seksual ini.

Sekali lagi, jangan pernah menyalahkan korban atas pelecehan seksual yang ia terima.

Bantu orang lain mengerti bagaimana seharusnya bersikap pada korban pelecehan seksual lewat membagikan tulisan ini ya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun