Halal bihalal itu asli budaya muslim Nusantara, Hanya ada di  Indonesia. Tidak ada di negeri orang. Bahkan di tanah Arab sekalipun. Hal yang sama juga pondok pesantren. cuma ada di kita doang.Â
Di negeri Baginda Salman juga  tiada itu. Sekitar 5 tahun lalu, ada rombongan dari Pakistan yang ingin mempelajari tentang pondok pesantren. Katanya mereka mau mencoba menerapkan Itu di sana. Wallahu alam bagaimana realisasinya sekarang.
Ada beberapa versi yang dianggap memenuhi aspek historia Halal bi halal itu antara lain:
- Versi Pangeran Samber Nyawa :
 Sesudah Islam  masuk Jawa dan  Mataram sekitar pertengahan abad 18. Rd. Mas Said atau Mangkunegara ke I memulai menyelenggarakan pertemuan halal bi halal. Suatu ketika sehabis lebaran idul Fitri Rd Mas Said atau dikenal juga dengan nama  Pangeran SAMBER NYAWA mengadakan pertemuan dengan mengundang para punggawa dan prajurit Mangkunegara.
 Di situ dilakukan acara saling maaf memaafkan antara raja dan permaisuri secara vertikal dengan para pejabat negara, punggawa dan prajurit. Juga secara horisontal antar pejabat kerajaan, ponggawa dan prajurit. Tahun berikutnya dan seterusnya setiap tahun acara yang sama diadakan.Â
Dan hal itu kemudian diikuti oleh organisasi Islam yang ada.Â
Perihal beliau dijuluki Pangeran Sambernyawa itu lantaran Rd. Said dikenal sebagai pangeran yang gagah perkasa. Setiap musuh yang melawanya pasti dibuatnya metong. Konon selama 37 tahun berkuasa, (1757 sampai 1795), ia terlibat dalam 250 kali peperangan.Â
Bahkan 2 detasemen tempur Belanda berhasil dikalahkannya. Â Lucunya yang memberi gelar Pangeran Sambernyawa adalah orang, VOC sendiri. Namanya Nicolas Hastings.
- Versi tukang martabak dari India.
Tahun 1935/1936, ada tukang martabak dari India yang berjualan di taman Sriwedari Solo. Martabak yang diberi nama martabak "Malabar" itu lakunya bukan alang kepalang. Pada momen idul Fitri, martabak malabar diserbu pembeli. Mereka datang dari segenap penjuru kota Surakarta.
Akhirnya terjadilah pertemuan sejumlah keluarga dan komunitas. Sekalian bermaafan karena habis lebaran. Dan seterusnya Sriwedari jadi tempat pertemuan halal bi halal masyarakat.
Rupanya Solo memang rezekinya tukang martabak. Tengok lah keberhasilan walikota Solo Gibran Rakabuming Raka. Bisnis martabak dengan nama 'Markobar" (hampir sama dengan malabar) maju pesat.