Mohon tunggu...
Asih Rangkat
Asih Rangkat Mohon Tunggu... lainnya -

Mewujudkan lamunan dalam tulisan...\r\n

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[ECR#4] Di Antara Daun-daun Marginata

10 Juli 2012   23:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:05 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Asih tercengang meski hanya sekejap. Pikirannya berkecamuk berusaha mencari jawaban atas pertanyaan Mahar.

“Itu benar Mahar, menyukai hal yang wajar. Mencintai juga bukan dosa. Tapi mas Firman bukan milikku. Ada apa? Mahar menyukainya?” beribu belati terasa menikam jantung Asih saat dia mengajukan pertanyaan. Rasa yang sakit namun harus terlontar dari bibirnya yang gemetar.

Mahar mengangguk.

“Maaf mbak Asih, karena ingin kejelasan saya datang kemari. Saya tidak enak mendengar gunjingan warga seolah-seolah saya telah merebut Firman dari mbak. Padahal perasaan saya tulus sebagai seorang wanita yang ingin benar-benar mencintai dan menemukan lelaki yang saya cintai. Figur mas Firman sejak lama saya rindukan. Saya ingin memiliki suami seperti dia.”

Kata-kata yang meluncur dengan suara lembut dari Mahar membuat jantung Asih berdegup kencang.  Bagaimanapun dia adalah manusia yang punya rasa cemburu. Mengetahui Mahar juga memiliki rasa yang sama pada Firman, batinnya bergolak. Sekuat hati Asih berusaha menetralkan perasaan dan nafas agar Mahar tak tahu jika perempuan didepannya tengah terguncang.

“Mahar, saya bukan siapa-siapa bagi mas Firman. Kami mungkin teman dekat, dulu, bahkan mungkin sampai sekarang. Tapi soal perasaan, kamu jangan khawatir. Mas Firman belum pernah membicarakan sesuatu yang spesial dengan saya. Kami juga jarang bertemu. Kamu jangan sungkan karena tahu kalau saya menyukainya. Saya memang seperti ini orangnya, tidak mudah jatuh cinta tapi jika terlanjur cinta sulit untuk berpaling pada orang lain. Tertarik, suka lalu jatuh cinta pada mas Firman itu bukan dalam waktu yang singkat. Butuh waktu yang lama untuk saya menyadari perasaan. Tapi selain menyimpan rasa cinta, saya juga harus sadar bahwa mas Firman juga manusia biasa. Dia juga punya perasaan dan rasa tertarik. Bukan hak saya untuk memaksakan kehendak agar dia memilih saya menjadi kekasih atau istri. Jika dia memilih, saya atau orang lain berarti itulah yang terbaik menurutnya. Dia pernah memutuskan menikah dengan Acik, jika sekarang dia memilih orang lain, apa bedanya? Saya mungkin hanya menyimpan rasa tapi dia adalah penentu hendak jadi pemilik hati yang mana.”

Mata Mahar berkaca-kaca. Dia tersenyum nyaris menangis.

“Makasih mbak Asih, sekarang saya lega. Mas Firman ternyata bukan milik siapa-siapa. Kalau begitu saya pamit dulu, mbak...”

Mahar kemudian berdiri lalu maju memeluk Asih.

“Sekarang, saya akan fokus untuk mengejar mas Firman. Dia suka atau tidak itu bukan masalah. Kita sama-sama bersaing ya, mbak. Janji jangan ada yang marah jika mas Firman memilih salah satu dari kita.”

Asih mengangguk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun