“Pesan itu pasti tak ada.” Ucapnya sambil melangkah menuju kamar mandi.
Hingga sore Asih sama sekali tak menyentuh handphone. Dia tak bergeming walau rasa penasaran sejak tadi menggodanya. Keinginan itu terus dia redam dengan menyibukkan diri mengerjakan pekerjaan rumah. Dia berusaha keras melupakan pesan dari Firman dan terus berkeyakinan kalau itu hanya halusinasi. Firman tak pernah mengirim pesan untuknya.
“Assalamu Alaikum.” Terdengar sapa seseorang. Asih menoleh dan tertegun melihat pemilik suara tersebut. Perlahan dia berdiri setelah sebelumnya jongkok membersihkan rumput di sekitar tanaman bunga. Asih gugup hingga lupa jika rumput masih dalam genggamannya.
“Wa Alaikum Salam, mas Firman?” Balasnya dengan suara gemetar. Asih memalingkan pandangan ke arah lain karena tak tahan menatap sepasang mata hitam yang terus memandangnya tak berkedip. Pemilik mata itu rupanya menyadari.
“Maaf, mbak Asih..” ucap Firman lalu mendekati Asih yang makin gugup.
“Silahkan masuk, mas Firman. Ayah ada didalam..” Asih mencoba mengusir rasa gugup dengan melangkah menjauh menuju teras.
“Pesan sms ku sudah mbak Asih baca?” tanya Firman sambil mengikuti langkahnya.
Asih menoleh. Pesan? Jadi pesan sms itu benar-benar nyata dikirim mas Firman untuknya?
“Pesan?”
“Iya, mbak Asih tidak menerima pesanku tadi pagi?” Firman nampak bingung.
Asih baru saja hendak menjawab ketika suara riang adiknya, Acik terdengar memanggil namanya.