Setelah data selesai di print dia bergegas meninggalkan kantor desa menuju rumah Aa kades. Baru saja Aa kades menelpon dan meminta data itu segera. Asih mempercepat langkahnya ketika bunyi pesan sms terdengar.
“Sabar Aa kades, saya sudah dalam perjalanan..” Asih berbicara sendiri sambil merogoh saku sweaternya. Pesan sms segera dia baca namun mendadak langkahnya terhenti.
Tersenyumlah. Simpanlah asa itu di hatimu.
Jadikan cobaan sebagai penguji hati.
Semoga ketegaran menyertai kita.
Dariku yang merindukanmu, Firman.
Asih terpaku menatap layar hape. Jantungnya berdetak cepat. Angin tiba-tiba terasa berhembus kencang dan seolah hanya dia sendiri yang saat ini berdiri di jalan. Sesaat Asih hanya bisa diam dan membaca berulang-ulang pesan tersebut. Dia teringat pesan yang sama saat Firman menghilang beberapa waktu yang lalu. Pesan yang menggetarkan hatinya. Membuat aliran darahnya sejenak terhenti.
Asih tersadar, perlahan dia menyimpan hape itu.
“Ini pasti hanya halusinasi. Pesan ini tak pernah ada.” Gumamnya lalu dengan langkah pelan menuju rumah Aa kades.
***
Tiba kembali di rumah, Asih meletakkan hape begitu saja diatas pembaringan. Dia masih percaya jika sms dari Firman hanya halusinasi. Asih tak ingin menghilangkan keraguannya dengan kembali melihat pesan tersebut.