Malam mulai larut ketika Acik dan Jingga meninggalkan rumah Pak Windu. Tak lupa dua kantong plastik berisi pisang goreng dihadiakan Asih untuk ke dua adiknya. Meski sudah berumah tangga namun kedua adiknya itu masih suka berkunjung sekedar melepaskan kerinduan sekaligus menengok ayah mereka.
“ Asih!” tegur pak Windu ketika Asih keluar dari kamar mandi dan bersiap masuk ke dalam kamarnya. Asih menengok melihat ayahnya.
“ Ya, ayah..”
“ Kesini sebentar. Ayah mau bicara..”
Asih mendekati ayahnya yang bersiap merangkulnya. Mereka duduk berdampingan. Berulang-berulang Pak Windu menepuk pundak putrinya itu.
“ Ayah senang melihat kalian rukun. Sesama saudara memang harus seperti itu. Tapi...”
Pak Windu menghentikan ucapannya.
“ Kenapa, ayah?”
“ Kedua adikmu terlihat bahagia dengan hidup mereka. Apakah kamu juga tidak ingin seperti mereka?”
Asih mulai paham arah pembicaraan ayahnya.
“ Saya mengerti maksud ayah. Acik juga pernah menanyakan hal yang sama pada saya. Tapi untuk sekarang, biarlah saya seperti ini. Saya merasa bahagia bisa bersama ayah, merawat ayah..”