Mohon tunggu...
Asih Rangkat
Asih Rangkat Mohon Tunggu... lainnya -

Mewujudkan lamunan dalam tulisan...\r\n

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lambaian Janur Kuning ( 3 )

1 Oktober 2011   08:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:26 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam penuh bintang di Desa Rangkat seperti hati Acik yang saat ini tengah diterangi dengan gemerlap bintang. Bahagia dia rasakan sejak mas Firman datang melamarnya sore itu. Dan Malam ini merupakan malam terakhir Acik menjalani status sebagai seorang gadis. Mulai esok hari dan seterusnya, dia akan menjadi istri mas Firman. Bukan lagi gadis remaja. Dia akan menjalani bahtera rumah tangga. Mencintai, menyayangi dan menghormati mas Firman sebagai suaminya. Setelah segala sesuatu dimusyawarahkan dengan matang, pernikahan mas Firman dan Acik akan dilangsungkan dengan sederhana.

Suasana pengajian terasa begitu mengharukan, kala mas Erwin menyampaikan sambutan sebagai kepala rumah tangga. Melepas Acik untuk menikah esok menjadi tanggung jawabnya sebagai seorang kakak. Senyum kebahagiaan juga terlihat dari wajah Asih. Sejak pertama melihat mas Firman, dia telah yakin. Suatu ketika mereka akan di persatukan menjadi keluarga. Benar saja, mas Firman ternyata memilih Acik sebagai calon istrinya. Dan esok mereka akan menikah dan menyatu selama-lamanya.

“ Selamat, ya Cik. Ingat jangan begadang ya, besok kamu jadi pengantin loh.” Seloroh bunda Selsa saat berpamitan. Warga Rangkat hampir semua menghadiri pengajian, kecuali keluarga Pak Kades. Maklum, Mommy istri Pak Kades, sekarang tengah di rawat di rumah sakit kecamatan. Jingga dan adiknya Uleng, bergantian menjaga. Sementara Pak Kades harus bolak balik mengurus bisnisnya yang ada di kabupaten.

Namun begitu, kabar gembira ini tetap sampai juga ke mereka. Jingga melalui kang Inin, menyampaikan ucapan selamat atas nama keluarganya pada Acik. Dan sepertinya Jingga akan berusaha hadir. Bagaimanapun pernikahan Acik merupakan hal yang ditunggu-tunggu, berhubung sekian lama dikabarkan akan menikah, baru kali ini berita itu benar-benar nyata.
Sebelum tidur, Acik dan Asih masih duduk-duduk berdua dalam kamar Acik. Beberapa hari ini Asih selalu merasa terharu saat melihat adiknya itu. Dengan mata berkaca-kaca dia memeluk Acik.

“ Besok kamu sudah jadi istri mas Firman, cinta dan sayangi suamimu ya. Patuh sama suami. Kalo kamu marah atau lagi benci, hadirkan rasa kasih dalam dirimu. Ingat, suamimu adalah dirimu. Jika suamimu terluka, maka kamu juga akan merasakan sakitnya. Jadi bahagiakan suamimu ya, Cik. Karena kalo suamimu bahagia, kamu juga akan merasa bahagia.”

Pesan Asih sambil menepuk-nepuk punggung adiknya itu. Acik hanya mengangguk sambil mengusap air matanya. Besok dia akan menjadi milik orang lain. Dia akan pindah rumah dan tidak lagi tinggal bersama dengan kakaknya. Kenangan awal kebersamaan mereka kini hadir kembali seperti layar besar yang mengisahkan cerita tentang mereka. Banyak suka dan duka yang mewarnai, namun semua itu justru menjadi kenangan yang tak mungkin terlupakan hingga akhir hidupnya.

***
Tenda biru putih, berhiaskan bunga-bunga di pinggirnya makin menambah semarak rumah Asih yang telah penuh dengan tamu-tamu. Halaman yang tidak terlalu luas, telah diatur sedemikian rupa hingga menyerupai sebuah ruangan. Kursi-kursi yang dibungkus dengan kain senada warna tenda makin menambah cantik dekorasi.

Asih sebagai tuan rumah sejak tadi terlihat sibuk. Jam sepuluh dipastikan, mempelai pria akan datang dengan di antar kedua orang tuanya dan sebagian warga Rangkat yang merangkap jadi keluarga.

“ Mbak. Asih, ini gimana?” Dorma muncul dengan nampan berisi kue. Asih memang menunjuk Dorma sebagai seksi konsumsi. Sebagai hansip, dia tentu lebih berpengalaman untuk menjaga makanan.

Didalam rumah, nampak warga Rangkat lainnya. Ada Bunda Selsa, Ghara, miss Rochma yang tengah sibuk berbincang dengan pengantin baru, Zwan yang kali ini datang dengan suaminya. Mbak Yulianti Zunior, mbak Imels, mbak Jingga, mbak Deasy, mbak Kembang, Dewa, Oma Oni K yang kali ini merangkap sebagai pendamping pengantin wanita. Sejak tadi pagi Oma menemani Acik di dalam kamar.

Di ruang tengah nampak barisan perempuan yang duduk di lantai berlapiskan karpet. Ada mbak Lovely Lina, Rena, mbak Icha, Iin, bunda Yani, Nisa, mbak Fitri, jeng Pemi dan masih banyak lagi yang lainnya. Sebagian warga seperti Pak RW, Kang Inin, mas Odi, Mas Roni, mas Pocong, dan mas Rey menjadi pihak keluarga mempelai pria. Sementara itu mas Bowo menjadi fotografer untuk mengabadikan momen penting dalam hidup mas Firman.

Diluar rumah nampak duduk berjejer dengan rapi, mas Lala, mas Hans, Pak RT Ibay. Mas Rizal sejak tadi sibuk dengan kameranya. Cuma anehnya, kepalanya selalu mengarah ke dalam rumah.

“ Aku tahu kamu lagi merhatiin siapa? Si Galang kan?” mas Hans nyelutuk.
“ Dia datang dengan suaminya, kamu nggak ada harapan lagi.” Mas Rizal duduk dengan lemas.

“ Nasibku selalu begini, selalu saja gadis yang aku incar diambil orang.”
“ Maksud kamu, Acik juga incaranmu?”

Mas Rizal menggeleng cepat.

“ Bukan! Si Galang maksudku.” Mas Rizal beranjak lalu menuju meja yang telah penuh dengan makanan. Senyum manisnya tak dibalas Dorma yang berdiri berdampingan dengan Devi.

“ Maaf, ini sudah kesepuluh kalinya mas Rizal ngambil kue. Lapar atau doyan, mas?” tegurnya.

Mas Rizal hanya terkekeh lalu mencomot kue. Dia tak peduli dengan pandangan tajam Dorma yang melotot padanya. Dari jauh mas Hans tertawa menyaksikan tingkah mereka.

Suasana kemudian berubah riuh saat terdengar teriakan dari depan rumah. Pengantin pria telah datang. Tamu yang ada didalam rumah segera bergegas berdiri. Mereka ingin melihat kedatangan pengantin pria. Sebagian warga memang belum semuanya mengenal sosok mas Firman. Maklum dia adalah warga baru di Rangkat. Walau baru, ternyata mas Firman tidak butuh waktu lama untuk mencari jodoh.

Mas Erwin dan Asih segera berdiri di depan pintu, menyambut kedatangan mempelai pria. Rebana ditabuh dan lantunan syair islami mulai menggema. Bisik-bisik mulai terlihat diantara para tamu. Penampilan mas Firman dalam busana pengantin terlihat sangat elegan dan tampan. Sementara didalam kamar Acik berdebar menantikan saat-saat kedatangan mas Firman. Suara riuh dari luar makin membuatnya tegang.

Setelah sambutan dari pihak keluarga Acik yang diwakili oleh pak RT Ibay dan oleh Ayah mas Firman dari keluarganya. Maka ijab kabul siap untuk dilaksanakan di depan penghulu yang selalu dikawal oleh mas Hans. Bertindak sebagai wali Acik adalah wali hakim berhubung orang tua Acik telah tiada. Mas Firman tampak pucat dan gugup. Tiga kali dia berlatih mengucap ijab kabul. Dan pada saat ijab kabul, ternyata mas Firman dapat mengucapkannya dengan lancar, tenang dan pasti, yang kemudian disambut teriakan “SAH” dari seluruh yang hadir.

Mas Firman kemudian menyerahkan mahar berupa Al-Qur’an terjemah miliknya dan akta jual beli rumah yang baru dibelinya di Desa Rangkat kepada Acik. Setelah itu mereka berdua melakukan sungkeman kepada orang tua mas Firman lalu pada Mas Erwin dan Asih. Kakak beradik itu tak bisa menahan tangis mereka. Dengan berurai air mata, Asih memeluk adiknya. Nampak Acik beberapa kali menghapus airmatanya agar riasan di wajahnya tidak luntur.

Setelah itu mas Firman berdiri menghadap Acik dan menarik bahunya dengan lembut.Sorak seluruh yang hadir sempat membuat mas Firman pucat pasi malu ketika dia mencium kening Acik sambil menggumamkan doa yang diikuti Acik dengan mencium tangan Firman.

Acara kemudian berlanjut menikmati hidangan ala kadarnya yang telah disediakan tuan rumah. Para undangan segera menuju tempat hidangan disajikan. Asih terlihat gembira menyaksikan acara yang tengah berlangsung dirumahnya. Walau sederhana namun tak mengurangi kegembiraan yang diperlihatkan para tamu.

Tak terasa beberapa jam telah berlalu. Paratamu pun bersiap untuk pulang. Dorma dan Devi yang bertindak sebagai seksi konsumsi nampak berdiri di dekat pintu. Mereka terlihat sibuk memberi bingkisan untuk dibawa pulang oleh para tamu. Bingkisan sederhana sebagai tanda terima kasih dari pihak tuan rumah sebagai pelaksana acara.

Senyum senang hadir dari mereka, begitu juga dari para undangan saat mereka menyerahkan bingkisan.

“ Makasih, terima kasih.” Ucap mereka setiap selesai memberikan bingkisan.

Di dalam rumah, tepatnya di kamar pengantin, Acik dan mas Firman duduk berdua. Mereka seolah di beri kesempatan untuk menikmati kebahagiaan mereka. Acik mencium tangan mas Firman yang kini telah resmi menjadi suaminya.

“ Makasih mas Firman. Saya benar-benar bahagia karena mas sudah memilih saya menjadi istri. Terima kasih atas kasih sayang mas untuk saya. Saya berjanji akan menjadi istri yang baik untuk mas.” Ucapan Acik disambut senyuman hangat oleh masFirman. Dia memegang kedua bahu Acik. Mencium kening Acik dengan mesra.

“ Mas juga berterima kasih karena Acik sudah menerima mas menjadi suami. Mas berjanji akan membahagiakan Acik, menjaga Acik selamanya.”

Pengantin itupun berpelukan mesra. Dalam hati Acik berdoa semoga rumah tangganya langgeng hingga ajal memisahkan mereka. ****

Kisah sebelumnya :

Lambaian Janur Kuning ( 1 )

Lambaian Janur Kuning ( 2 )

( Kolaborasi Asih dan Kang Firman Deddy Sandy )



ECR3

___________________________________________________

DESA RANGKAT  menawarkan kesederhanaan cinta untuk anda,  datang, bergabung  dan berinteraksilah bersama kami (Klik logo kami)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun