Mohon tunggu...
Asif Isnan
Asif Isnan Mohon Tunggu... Guru - guru honorer biasa

nulis sebagai pengusir kebosanan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Koma

29 Januari 2014   16:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:21 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Para tamu sudah datang dengan bingkisannya masing-masing. Semua tampak rapi, dan tentunya tak kalah mewah kendaraannya dibandingkan diriku yang hanya dengan Honda ex-700. Aku malu, sejujurnya aku memang malu. Aku merasa seperti seorang papa yang tersesat dalam jamuan para raja. Tapi lagi-lagi rasa percaya diriku menang atas semua itu. toh kalau Alya sudah memilihku sebagai pacarnya, terntu ia sudi menerima kekuranganku apa adanya, pekerjaanku, setatus sosialku, bahkan Honda ex-700ku.

Di acara ulang tahunnya yang ke 21 ini, aku hanya membawakan sebuah tudung yang ia pernah inginkan. Tudung warna pink itu aku bungkus dengan sederhana. Semoga itu menjadi bingkisan yang terindah baginya, walau nilainya tak seberapa dibanding dengan kado-kado pemberian para tamu yang hadir saat itu.

Tak lama kemudian acara yang dinanti-nanti di mulai. Peniupan lilin ulang tahun menjadi moment yang semakin dinanti-nanti. Aku ikut larut dalam kebahagiaan malam itu. semua berjalan dengan lancar hingga aku memilih keluar menyendiri dari kebisingan para tamu lain. Alya mengikutiku.

“ malam yang panjang,,,”. Gumamku padanya

“ apa,,?, ooo,,,iya,,,”. Katanya sambil membawakan kue untukku

“ sejujurnya Al, aku nggak pernah nyangka bisa datang ke rumahmu. Tapi, dari awal aku kok nggak lihat orang taumu ya,,,?”.

“ mereka nggk bisa datang. Masih ada urusan di luar negeri “. Tiba-tiba raut wajah yang semula bahagia berubah sedih. Aku paham perasaannya, bahkan merasakan juga saat aku merayakan kelulusanku, ulang tahunku, atau momen-momen penting lain tanpa orang tua di sisiku. Karena orang tuaku sudah lama tiada saat aku lulus dari bangku sekolah dasar.

Aku mencoba menghiburnya, dengan sedikit gombalan dan rayuan tentunya. Membuat ia tersenyum kembali rasanya menenangkan hatiku. Aku sadar biarpun ini hanya refleksi dari perasaan jatuh cinta, namun aku tetap menikmatinya. Menikmati senda gurau, rayuan gombal, dan percakapan di antara kita yang semakin larut dengan larutnya malam. Hingga perbincangan itu sampai pada titik di mana aku dan Alya tak lagi melempar tanya dan jawab. Rasa kantukku juga sudah mulai tak dapat ditahan. Sejurus kemudian aku tertidur disaksinkan malam yang penuh bintang di bawah teras rumah megah bergaya kuil romawi itu. semua tampak indah, hariku dan juga malamku, ditemani gadis bunga kamboja ini.

Lampu-lampu terang membuatku silau, tangan dan kakiku penuh dengan perban dari luka-luka, tangan kananku terasa sangat sakit hendak ku gerakkan. Aku tak yakin kalau sekarang tegah berada di rumah sakit. Terakhir ku ingat bayang-bayang gadis buanga kamboja yang sedang menemaniku di teras rumahnya. Tapi kenapa aku sekarang tiba-tiba di atas ranjang dengan badan yang penuh luka begini. Malahan wajah Anwar teman kos-kosanku yang muncul. Senyumnya lega dan lepas melihatku tak ubahnya seperti melihat diriku yang baru bangun dari kematian

“ Anwar, ini di mana…? “. Tanyaku penuh keheranan. Suaraku yang parau dan terasa berat membuatku urung bertanya lebih dari itu.

“ bro,,,,! Alhamdulillah nte dah siuman. Nte tu dah hampir seminggu koma setelah ditabrak mobil van. Yaa,,,untunglah, segala pengobatanmu itu dah ditanggung sama pak cik yang nabrak nte. Tapi motor nte tu setidaknya dah rusak parah sih ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,“.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun