Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Karyawan -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

rindu tak berujung rasa

Selanjutnya

Tutup

Money

Membentuk "Cashless Society" Tidaklah Mudah dan Butuh Waktu Panjang

1 Oktober 2018   02:34 Diperbarui: 1 Oktober 2018   06:39 991
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembayaran tol secara elektronis, titik awal menuju Cashless Society (bogordaily.net)

Jalan menuju cashless society tidaklah bisa disebut gampang. Kendati berkembangnya e-commerce semakin memanjakan masyarakat untuk melakukan transaksi online. Pertanyaannya, apakah Indonesia sudah siap sepenuhnya?

"Melek teknologi" kita ternyata masih kalah dengan negara-negara seperti Malaysia dan Singapura. Mengapa demikian?

Salah satu penyebabnya adalah dari internet yang belum menyeluruh ke seluruh pelosok negeri, juga karena tingkat literasi keuangan yang masih rendah. 

Survei OJK di tahun 2016, mengatakan bahwa tingkat literasi keuangan kita barulah sebesar 29,66 persen dari total jumlah penduduk. Itu berarti baru 75 juta dari 240 juta penduduk Indonesia yang memahami bagaimana mengelola uang dengan baik. Masyarakat masih terasa lebih nyaman menggunakan uang cash.

Dari survei lain, juga ditemukan bahwa uang elektronik masih kurang populer di masyarakat, kendati sudah melek teknologi dan kini sudah banyak gadget dan internet, tapi proses penggunaannya belumlah bersahabat.

Penggunaan dompet elektronik pun masihlah untuk pemenuhan kebutuhan cepat saji, seperti transportasi online, restoran, minimarket, dan sebagainya. Presentasi saldo dompet elektronik pun didominasi antara Rp 50.000 sampai Rp 150.000 per bulannya.

Selain itu, keberadaan mesin EDC (Electronic Data Capture) relatif masih sedikit di Indonesia. Masih banyak masyarakat yang mengeluarkan uangnya di warung-warung, toko kelontong, dan pasar tradisional yang belum ada fasilitas non-tunainya.

Biarpun alat non-tunai ada, tapi manusia tidak mengerti bagaimana cara top up kartu dan cara mengoperasikannya.

Lagi pula, penggunaan kartu kredit masih  rendah, kebanyakan mereka bertransaksi perbankan lewat transfer di ATM, mereka juga masih meragukan keamanan serta proses pengisian saldo yang dinilai rumit.

Kendati negeri kita masih tertinggal jauh dengan negara seperti Cina atau Singapura. Namun itu bukan berarti kita harus pesimis. Indonesia mempunyai pekerjaan rumah untuk mewujudkan  cashless society. Sebuah proses yang tidaklah gampang dan perlu waktu yang panjang untuk merubah sistem tersebut. Untuk itu dibutuhkan dukungan dari semua pihak, mulai dari pembuat kebijakan hingga masyarakat itu sendiri.

"Angin segar" datang dari keputusan pemerintah yang tahun lalu mengharuskan pembayaran tol dengan menggunakan kartu elektronik. Inilah titik awal yang membiasakan masyarakat meninggalkan transaksi uang tunai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun