2. Meningkatkan sirkulasi uang.Â
Perputaran uang dalam perekonomian yang cepat bakal menstimulasi gairah serta pertumbuhan ekonomi sebagai efek dari money multiplier yang dihasilkan.
3. Perencanaan ekonomi lebih akurat.
Seperti diketahui, negara kita masih rawan dengan bermacam praktik underground economy yang biasanya dilakukan secara tunai. Penggunaan non-tunai bakal memudahkan kita dalam mencatat aktivitas ekonomi, karena transaksi ini bakal tercatat secara lengkap dan mudah dilacak. Penggunaan non-tunai diharapkan dapat meminimalisir kejahatan kriminal dan menekan potensi kehilangan angka yang terekam dalam Produk Domestik Bruto (PDB).
4. Mengurangi biaya percetakan uang.
Bayangkan sebesar Rp 3,5 triliun dikeluarkan Bank Indonesia untuk mencetak uang baru sebagai ganti uang yang sudah rusak. Dengan digunakannya non-tunai maka bakal menekan biaya yang dikeluarkan untuk pencetakan uang tunai.
 E-commerce yang berbarengan juga dengan semakin luasnya penggunaan non-tunai, maka kini kita juga sering mendengar istilah fintech atau financial technology, yang mana fintech ini guna untuk memudahkan masyarakat dalam membayar suatu produk atau jasa yang kita beli. Inilah juga yang disebut e-money atau uang elektronik. E-money adalah uang yang dikemas ke dalam bentuk digital, dompet elektronik yang dapat dipergunakan untuk membayar tagihan, berbelanja, dan lain-lain lewat sebuah aplikasi.
Contihnya aplikasi Doku wallet yang bisa diunggah di smartphone Anda, aplikasi ini penghubung kartu kredit dan uang elektronik yang dapat kita gunakan untuk berbelanja secara online ataupun offline dimana serta kapan saja lewat aplikasi tersebut.
Kartu-kartu seperti BNI Tapcash, Kartu Flazz BCA, Mandiri e-money, tentu sudah familiar dengan kita. Inilah contoh uang elektronik yang berbentuk kartu yang beredar di negara kita.
Selain berbentuk kartu, di Indonesia juga beredar uang elektronik berbentuk aplikasi, QR code, dan NFC (Near Field Communication).
Apa Tantangannya?