Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Karyawan -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

rindu tak berujung rasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bagaimana Cara Menghitung Bonus Demografi?

31 Oktober 2018   04:44 Diperbarui: 31 Oktober 2018   05:24 2307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sini, akan terlihat kecenderungan angka beban ketergantungan semakin menurun di bawah 50. Artinya, 100 orang yang produktif akan menanggung sekitar 50 orang non-produktif, atau di bawah 50 orang.

Semakin kecil angka beban ketergantungan, maka kita semakin berpeluang mendapatkan bonus demografi.

Namun, bonus demografi bisa berisiko menjadi bencana demografi.

Karena itu, untuk dapat menikmati manfaat bonus demografi, maka harus dilakukan investasi jangka panjang dalam hitungan 10-20 tahun, ungkap Turro S. Wongkaren, PhD, Kepala Lembaga Demografi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia.

"Pada 2028-2030, diprediksi ada sekitar 11 juta angkatan kerja. Bayangkan kalau mereka harus menganggur, meski mereka berpendidikan dan tinggal di perkotaan," tegas Turro.

"Tanpa kesibukan dan penghasilan, bukan tak mungkin mereka akan berulah dan mengganggu ketertiban. Itulah sebabnya, bonus demografi terkait erat dengan kondisi ketenagakerjaan," ujar Turro.

Sayangnya, Indeks Kompetitif Global (GCI) Indonesia saat ini berada di peringkat 37 dari 137 negara. Ini adalah indikator yang dianggap sangat rendah dari sisi ketenagakerjaan. Sementara itu, kondisi pasar kerja kita berada pada rangking 123.

Selain ketenagakerjaan, masih ada yang tak kalah penting, yakni kualitas kesehatan dan pendidikan, juga karakter dan rasa aman. Bayangkan para profesional yang selalu dihantui ancaman PHK lantaran kondisi usaha yang tidak stabil, ancaman keamanan, dan kekhawatiran lain.

"Itu sebabnya, stabilitas perekonomian dan keamanan melalui demokrasi yang terjaga dan tidak kebablasan sangat perlu dijaga," tandas Turro.

Faktor lain yang juga penting adalah angka harapan hidup yang semakin tinggi. Saat ini, angka harapan hidup di Indonesia adalah 70 tahun atau lebih. Dalam jangka panjang, ini tentu akan memengaruhi struktur kependudukan.

Angka harapan hidup ini, menurut Bayu, merupakan salah satu indikator mengukur tingkat kesehatan penduduk. Penduduk yang sehat sangat berarti bagi pencapaian bonus demografi karena ini merupakan salah satu syarat utama, selain penduduk yang mempunyai pendidikan tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun